Pada Juli 1989, Gorbachev mengumumkan bahwa Uni Soviet tidak akan lagi menopang pemerintah komunis di Eropa tengah dan timur.
Hilangnya kendali Moskwa atas Eropa tengah dan timur berarti hilangnya sebagian besar ancaman militer yang sebelumnya dari Pakta Warsawa ke Eropa barat.
Beberapa orang lantas mempertanyakan perlunya mempertahankan NATO sebagai organisasi militer, terutama setelah runtuhnya Uni Soviet pada 1991 dan Pakta Warsawa di tahun yang sama.
Hal tersebut menciptakan kebutuhan dan peluang bagi NATO untuk diubah menjadi aliansi yang lebih “politis” yang ditujukan untuk menjaga stabilitas internasional di Eropa.
Baca juga: Inggris, AS, dan NATO Yakin Akan Temukan Pesawat Tempur F-35B Sebelum Didahului Rusia
Ketika Uni Soviet dan Pakta Warsawa runtuh awal tahun 1991, NATO seakan kehilangan musuh dan legitimasi awalnya.
Karena itu NATO perlu orientasi baru. Fungsi dan tujuannya juga menjadi semacam kerangka kerja sama antara Eropa dan AS dalam masalah-masalah pertahanan dan keamanan.
Tantangan baru yang dihadapi NATO bukan lagi ancaman dari Uni Soviet, melainkan terorisme, senjata pembunuh massal, dan ancaman dari negara-negara yang dilanda kekacauan dan anarki.
Untuk menghadapi tugas-tugas baru ini, NATO ingin bekerjasama erat dengan Uni Eropa dan PBB sebagaimana dilansir DW.
Baca juga: NATO Buat Strategi Pertahanan Lawan Serangan Potensial Rusia
Bahkan, Pasal 5 dalam Perjanjian Atlantik Utara itu pun hanya dipakai sekali, yaitu untuk mendukung AS setelah 11 September 2001 di New York dan Washington DC.
Menanggapi hal itu, NATO mengaktifkan penerbangan pengintai AWACS di atas wilayah udara AS selama beberapa bulan.
Diluncurkan pula operasi maritim Laut Tengah, dan sejumlah personel diikutsertakan dalam operasi pimpinan AS di Afghanistan, yang dilangsungkan sejak 2003.
Di sisi lain, menurut situs web NATO, aliansi tersebut kini memiliki empat poin dasar yakni:
Baca juga: NATO Terancam Melemah atas Kesepakatan Kapal Selam Amerika Serikat dan Australia
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.