Mereka patuh dan kadang-kadang terlibat melawan pasukan Komunis China.
Baca juga: Dampak Perang Dunia II bagi Indonesia
Segera setelah menyerah, Komunis mengirim kader dan pasukan politik ke Manchuria (China Timur Laut). Ini sudah direncanakan jauh-jauh hari.
Jenderal Lin Biao menjadi komandan pasukan, yang menggabungkan pasukan boneka dari rezim Manchukuo Jepang sebelumnya dan mulai merekrut relawan.
Ia mendapatkan sebagian besar senjatanya dari peninggalan Jepang yang diambil alih oleh Soviet.
Manchuria adalah daerah yang luas dengan populasi 40 juta orang, konsentrasi terbesar industri berat dan kereta api di China, serta cadangan besar batu bara, besi, juga banyak mineral lainnya.
Uni Soviet berjanji kepada Pemerintah Nasionalis bahwa mereka akan menarik pasukan pendudukannya dalam waktu 90 hari setelah Jepang menyerah dan mengembalikan wilayah itu ke China.
Namun, Nasionalis berhasrat mengendalikan Manchuria, yang sangat penting bagi masa depan China sebagai kekuatan dunia.
Tentara Lin Biao kemudian berusaha memblokade masuknya pasukan Nasionalis dengan menghancurkan jalur kereta api dan merebut daerah sekitar pelabuhan jalur masuk.
Tak lama setelahnya, kedua pihak terjebak dalam pertempuran sengit untuk masuk ke Manchuria, meskipun negosiasi sedang berlangsung di Chongqing antara Mao Zedong dan Chiang Kai-shek untuk penyelesaian damai.
Tentara Soviet menghindari keterlibatan langsung dalam Perang Saudara China, tetapi mereka membongkar banyak mesin industri dan mengirimkannya ke Uni Soviet bersama dengan ratusan ribu tawanan perang Jepang.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.