Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/11/2021, 15:29 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

BEIJING, KOMPAS.com - Perang Saudara China (1945-1949) terjadi akibat perebutan wilayah antara Nasionalis Kuomintang dengan Komunis.

Kuomintang di bawah Chiang Kai-shek dan Komunis pimpinan Mao Zedong bersaing mengendalikan sumber daya vital dan pusat populasi di China utara dan Manchuria.

Mengutip Britannica, jalannya Perang Saudara China dapat dibagi ke tiga fase:

Baca juga: Kronologi Penyebab Perang Saudara China

1. Dari Agustus 1945 hingga akhir 1946, kaum Nasionalis dan Komunis berlomba-lomba mengambil alih wilayah yang dikuasai Jepang, membangun kekuatan mereka, dan melakukan banyak pertempuran terbatas sambil tetap melakukan negosiasi untuk penyelesaian damai.

2. Selama 1947 dan paruh pertama 1948, setelah keberhasilan awal Nasionalis, situasi berbalik mendukung komunis.

3. Komunis memenangi serangkaian kemenangan besar yang dimulai pada akhir 1948 yang mengarah pada berdirinya Republik Rakyat China.

Perebutan wilayah di Perang Saudara China

Tak lama setelah beredar kabar Jepang akan menyerang di Perang Dunia II, komandan tentara Komunis, Zhu De, pada 11 Agustus memerintahkan pasukannya untuk pindah ke wilayah yang dikuasai Jepang dan mengambil alih senjata Jepang, mengabaikan perintah Chiang Kai-shek untuk tetap di tempat.

Amerika Serikat kemudian membantu Pemerintah China dengan menerbangkan banyak divisi dari barat daya untuk menduduki kota-kota utama di timur, seperti Beiping, Tianjin, Shanghai, dan ibu kota sebelum perang, Nanjing.

Angkatan Laut AS memindahkan pasukan China dari selatan ke kota-kota pesisir lainnya, serta mendaratkan 53.000 marinir di Tianjin dan Qingdao untuk membantu melucuti senjata dan memulangkan pasukan Jepang, tetapi juga sebagai penyeimbang bagi tentara Soviet di Manchuria selatan.

Selanjutnya, Jenderal AS Douglas MacArthur memerintahkan semua pasukan Jepang di China untuk menyerahkan senjata mereka hanya kepada pasukan pemerintah Nasionalis.

Mereka patuh dan kadang-kadang terlibat melawan pasukan Komunis China.

Baca juga: Dampak Perang Dunia II bagi Indonesia

Segera setelah menyerah, Komunis mengirim kader dan pasukan politik ke Manchuria (China Timur Laut). Ini sudah direncanakan jauh-jauh hari.

Jenderal Lin Biao menjadi komandan pasukan, yang menggabungkan pasukan boneka dari rezim Manchukuo Jepang sebelumnya dan mulai merekrut relawan.

Ia mendapatkan sebagian besar senjatanya dari peninggalan Jepang yang diambil alih oleh Soviet.

Manchuria adalah daerah yang luas dengan populasi 40 juta orang, konsentrasi terbesar industri berat dan kereta api di China, serta cadangan besar batu bara, besi, juga banyak mineral lainnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com