Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/11/2021, 21:00 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

KOMPAS.com - China sering disebut-sebut sebagai raksasa ekonomi dunia baru. AS awalnya mendominasi, namun saat China masuk, kekuatannya seolah tak terbendung lagi.

Reformasi ekonomi sejak 1978, dianggap membuat China jadi negara adidaya.

Bahkan dilansir CNBC, pada 2010, China mengambil alih posisi Jepang sebagai negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia.

Beberapa ekonom lantas memprediksi ekonomi China akan melesat melampaui AS pada 2030.

Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi China Melambat akibat Utang hingga Pandemi Covid-19

Sejarah Reformasi Ekonomi China

Kesuksesan China ini berawal diawali dengan serangkaian reformasi ekonomi di era Deng Xiaoping (1978-1989).

Reformasi ini membawa perekonomian China yang dulu terisolasi menjadi lebih terbuka.

Sejak itulah ekonomi China tumbuh 10 persen rata-rata per tahun.

Dalam waktu tiga dekade, China telah berhasil mengalami kemajuan di bawah kepemimpinan empat presiden, Deng Xiaoping, hingga Xi Jinping.

Ini juga didorong jaringan pabrik yang memproduksi berbagai macam hal, mulai dari mainan hingga telepon genggam.

Baca juga: Bank Sentral: Ekonomi China Hadapi Tantangan karena Salah Urus Perusahaan

Masuknya China ke organisasi perdagangan dunia (WTO) pada 2001 semakin mengukuhkan posisi China sebagai bagian dari pusat manufaktur dan perdagangan dunia.

China bahkan menjadi destinasi ekspor terbesar 33 negara dan sumber impor terbesar bagi 65 negara.

Investasi China juga terus tumbuh. Dalam periode 2015-2017 saja, China menjadi sumber investasi terbesar kedua di dunia dan menjadi penerima aliran investasi terbesar kedua di dunia.

Baca juga: Ekonomi China Tumbuh Melambat di Kuartal III-2021

Faktor Majunya Ekonomi China

Bloomberg Economics menyebut, majunya ekonomi China sulit ditiru negara Asia lain karena mereka masih berkutat dengan masalah struktural.

Infrastruktur yang tidak memadai dan ketidakstabilan politik jadi kendala utama. Namun China, sudah tak memusingkan itu.

Mereka memiliki jaringan pabrik, pemasok, layanan logistik, dan infrastruktur transportasi.

Ini didukung uang dan teknologi dari Jepang, Taiwan, dan Hong Kong.

China juga punya tenaga kerja yang banyak, murah, cerdas, dan mendapatkan akses hampir tanpa batas ke pasar global selama tiga dekade ini.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com