Dari situ, ia melakukan perjalanan lagi, termasuk ke Malaya dan Indonesia, untuk menyebarkan pemikiran Tiga Prinsip Rakyat.
Upayanya tidak sia-sia, Sun Yat Sen mendapat dukungan secara finansial, moral, dan politik dari dunia internasional.
Revolusi yang diupayakan Sun Yat Sen pecah pada 1911 hingga Dinasti Qing tidak mampu mengatasi pemberontakan.
Pada awal 1912, Dinasti Qing runtuh dan Sun Yat Sen terpilih menjadi presiden sementara Republik China.
Namun untuk menghindari perang saudara, Sun Yat Sen mengundurkan diri dan menyerahkan jabatannya kepada Yuan Shikai, mantan menteri pada masa kekaisaran.
Setelah mencium ambisi Yuan, Sun Yat Sen segera melancarkan perlawanan hingga mencapai kursi kekuasaan pada 1916.
Ia kemudian mengubah organisasinya menjadi partai politik Kuomintang atau Partai Nasionalis China.
Pada 1917, Sun Yat Sen membentuk pemerintahan sendiri di Guangzhou untuk menandingi sisa-sisa penerus Yuan di Beijing.
Baca juga: Jurnalis Media China Unggah Foto Peng Shuai, Bintang Tenis yang Hilang Tanpa Jejak
Pada 1923-1924, Sun Yat Sen sempat membentuk aliansi dengan Partai Komunis China.
Di akhir hidupnya, ia senantiasa berjuang untuk persatuan China dan membujuk berbagai tokoh fraksi supaya meninggalkan ambisi pribadi mereka.
Setelah meninggal pada 12 Maret 1925, perjuangan Sun Yat Sen diteruskan oleh rekannya dari Kuomintang, Chiang Kai Shek.
Sun Yat Sen sangat terkenal karena berjuang dalam persatuan nasional, pembangunan ekonomi, dan pembentukan pemerintahan republik China.
Gagasannya sangat berpengaruh dalam sejarah China modern.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.