Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/11/2021, 09:00 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Britannica

KOMPAS.com - Ancaman serangan nuklir AS, baik selama dan pasca-Perang Korea, mungkin telah mendorong Kim Il Sung, pendiri Korea Utara untuk meluncurkan program senjata nuklirnya sendiri.

Program nuklir ini dimulai dengan bantuan dari Uni Soviet pada 1960-an.

China juga memberikan berbagai jenis dukungan selama dua dekade berikutnya, dan Abdul Qadeer Khan dari Pakistan tampaknya menyediakan peralatan pengayaan uranium dan desain hulu ledak.

Baca juga: AS dan Negara-negara Teluk Menuduh Iran Memicu Krisis Nuklir

Seluk Beluk Program Nuklir Korea Utara

Dilansir Britannica, pusat program nuklir Korea Utara berada di Yongbyon, sekitar 100 km (60 mil) di utara ibu kota Pyongyang.

Fasilitas utamanya meliputi reaktor yang mulai beroperasi pada 1986, pabrik pemrosesan ulang, dan pabrik fabrikasi bahan bakar.

Reaktor 5 megawatt mampu menghasilkan sekitar 6 kg (13 pon) plutonium per tahun.

Badan Intelijen Pusat AS menyimpulkan pada awal 1990-an bahwa Korea Utara telah secara efektif bergabung dengan kekuatan nuklir lainnya.

Mereka membangun satu atau mungkin dua senjata dari plutonium yang telah diproduksi sebelum tahun 1992.

Baca juga: Uni Eropa Terpecah soal Klasifikasi Nuklir sebagai Energi Ramah Lingkungan

Kontroversi Program Nuklir Korea Utara

Dari tahun 1994 hingga 2002, sebagai hasil kesepakatan dengan Amerika Serikat, program nuklir Korea Utara secara efektif dibekukan dan reaktor nuklirnya ditutup.

Pada Oktober 2002, AS menuduh Korea Utara telah melanjutkan program nuklir militernya.

Sebagai tanggapan, Pyongyang mengumumkan bahwa mereka akan menarik diri dari Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir dan satu-satunya negara yang pernah melakukannya.

Reaktor Korea Utara dihidupkan kembali, dan lebih banyak plutonium diekstraksi.

Perkiraan pun bervariasi pada banyaknya plutonium yang kemudian dipisahkan dan berapa banyak bom yang dibuat.

Satu penilaian menghitung bahwa sekitar 28 hingga 50 kg (62 hingga 110 pon) plutonium diproduksi untuk penggunaan senjata.

Baca juga: Korea Utara Haramkan Warganya Baca Berita Musuh yang Dieksekusi Kim Jong Un

Dengan asumsi setiap senjata berisi 4 hingga 5 kg (9 hingga 11 pon), ini akan cukup untuk 5 hingga 12 senjata.

Banyaknya senjata tergantung pada kemampuan teknis perancang Korea Utara dan hasil senjata yang diinginkan.

Pada tanggal 9 Oktober 2006, Korea Utara melakukan uji coba nuklir bawah tanah di timur laut Pegunungan Hamgyng.

Di tahun-tahun berikutnya, tekanan internasional dan diplomasi terkonsentrasi oleh AS dan negara-negara lain di kawasan itu berusaha menghentikan program nuklir ini.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber Britannica
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com