Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi Pangeran Charles, Putra Mahkota Kerajaan Inggris

Kompas.com - 20/11/2021, 06:00 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Britannica

KOMPAS.com - Lahir dengan nama Charles Philip Arthur George, Pangeran Charles adalah anak tertua dari pasangan Ratu Elizabeth II dan Pangeran Philip.

Sebagai anak tertua, Charles otomatis jadi Putra Mahkota Kerajaan Inggris.

Pria yang kini berusia 71 tahun tersebut juga bergelar Prince of Wales dan memegang jabatannya sejak 1958.

Baca juga: [HOAKS] Pangeran Charles Memuji Jokowi karena Menyelamatkan Alam

Masa Kecil Pangeran Charles

Dilansir Britannica, Pangeran Charles lahir di Buckingham Palace, London, pada 14 November 1948. Saat itu kakeknya, Raja George IV, masih berkuasa.

Kematian kakeknya dan pengangkatan ibunya sebagai Ratu Elizabeth II pada 1952, menjadikannya putra mahkota.

Tiga tahun kemudian, Istana Buckingham mengumumkan Charles memilih ke sekolah dibandingkan memiliki guru privat.

Keputusan ini menjadikannya pewaris takhta Kerajaan Inggris pertama yang mendapat pendidikan formal.

7 November 1956, Charles memulai pendidikannya di sekolah Hill House, London. Dia tidak diistimewakan oleh pendiri dan kepala sekolah, Stuart Townsend.

Stuart kemudian menyarankan Ratu untuk melatih Charles di sepak bola, karena anak laki-laki tidak pernah memandang status sosial di sepak bola.

Charles juga pernah menimba ilmu di dua eks sekolah ayahnya, Cheam Preparatory School di Berkshire, Inggris, pada 1958, dan Gordounstoun di Skotlandia pada 1962.

Baca juga: Ketika Kebun Pangeran Charles dan Camilla Diserbu Tikus

Saat beranjak remaja, Charles kembali mendobrak tradisi kerajaan dengan melanjutkan jenjang pendidikan ke universitas, ketimbang bergabung dengan Angkatan Bersenjata Inggris.

Dia diterima di Trinity College, Cambridge, dan lulus pada 23 Juni 1970, menjadikannya pewaris takhta pertama yang bergelar sarjana.

Kemudian pada 2 Agustus 1975 dianugerahi gelar Master of Arts dari Cambridge, tapi di Cambridge gelar "Master" bukan untuk pascasarjana, melainkan peringkat akademik.

Namun Charles juga tetap menjalankan tradisi kerajaan dengan bergabung ke Royal Air Force, Royal Navy, dan Royal Naval Air Station.

Baca juga: Kue Pernikahan Putri Diana dan Pangeran Charles Laku Rp 36 Juta

Kehidupan Asmara Pangeran Charles

Pasangan Pangeran Charles dan Lady Diana bertunangan pada Februari 1981. Perbedaan usia 13 tahun tidak menyurutkan niatnya. Keduanya menikah pada 29 Juli 2981.

Upacara pernikahannya berlangsung sangat mewah dan disiarkan ke seluruh dunia, ditonton jutaan orang.

Charles dan Diana dikaruniai dua anak, yakni Pangeran Arthur Philip Louis, dan Pangeran Henry "Harry" Charles Albert David.

Namun, tanggung jawab kerajaan, konflik pribadi, tekanan media, dan perselingkuhan membuat jalinan kasih mereka retak. Rumah tangganya pun kandas.

Baca juga: Putri Diana dan Pangeran Charles Disebut Tak Berjodoh karena Zodiak

Mereka resmi berpisah pada 1992, dan bercerai pada 1996.

Saat itu Charles dikabarkan menjalin hubungan lagi dengan Camilla Parker Bowles, ketika masih menikah dengan Diana.

Lady Diana kemudian tewas dalam kecelakaan mobil di Paris pada Agustus 1997.

Meski sudah bercerai, Charles tetap ke Perancis bersama saudara perempuannya, untuk membawa jenazah Diana kembali ke Inggris.

Charles lantas menikahi Camilla pada 9 April 2005 di usia 56 tahun, dengan Camilla yang setahun lebih tua.

Camilla lalu menjadi Duches of Cornwall dan sekarang sering menemani suaminya dalam banyak kunjungan resmi.

Baca juga: Lelang Kue Pernikahan Putri Diana dan Pangeran Charles, Harga Mulai di Kisaran Rp 10 Juta

Aktivitas Sosial Pangeran Charles

Sebagai anggota kerajaan, Pangeran Charles dikenal sebagai sosok yang dermawan.

Dia mendirikan The Prince's Trust pada 1976, mensponsori The Prince's Charities, yang merupakan pelindung, presiden, dan anggota lebih dari 400 badan amal dan organisasi lainnya.

Dia juga dikenal sebagai pencinta lingkungan. Tahun 2007 dia meluncurkan Prince's Rainforest Project.

Itu adalah inisiatif global dengan dukungan perusahaan dan selebritis untuk mengurangi deforestasi tropis dan membantu upaya untuk menekan perubahan iklim.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Internasional
Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Internasional
Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Internasional
Siapa Kelompok-kelompok Pro-Israel di AS?

Siapa Kelompok-kelompok Pro-Israel di AS?

Internasional
Mengenal Kelompok-kelompok Pro-Palestina di AS

Mengenal Kelompok-kelompok Pro-Palestina di AS

Internasional
Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Internasional
Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Internasional
Apa Status Palestina di PBB?

Apa Status Palestina di PBB?

Internasional
Alasan Mogok Kerja Para Dokter di Kenya

Alasan Mogok Kerja Para Dokter di Kenya

Internasional
Posisi Yordania Terjepit Setelah Ikut Tembak Jatuh Rudal Iran

Posisi Yordania Terjepit Setelah Ikut Tembak Jatuh Rudal Iran

Internasional
Asia Tenggara Jadi Tujuan Utama Perdagangan Sampah Impor Ilegal

Asia Tenggara Jadi Tujuan Utama Perdagangan Sampah Impor Ilegal

Internasional
Junta Myanmar Dituding Pakai Warga Rohingya sebagai “Perisai Manusia”

Junta Myanmar Dituding Pakai Warga Rohingya sebagai “Perisai Manusia”

Internasional
Mengapa Banyak Sekali Tentara Rusia Tewas di Ukraina?

Mengapa Banyak Sekali Tentara Rusia Tewas di Ukraina?

Internasional
Kecerdikan dan Kegigihan Hamas dalam Memperoleh Senjata

Kecerdikan dan Kegigihan Hamas dalam Memperoleh Senjata

Internasional
Sosok Uskup Korban Penusukan Dalam Aksi Terorisme di Australia

Sosok Uskup Korban Penusukan Dalam Aksi Terorisme di Australia

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com