KOMPAS.com - Narkoba jenis kokain, atau dikenal juga sebagai kristal putih alkaloid, diperoleh dari daun tanaman koka (Erythroxylum Coca).
Dilansir Britannica, koka adalah tumbuhan seperti semak yang biasa ditemukan tumbuh liar di Peru, Bolivia, dan Ekuador dan dibudidayakan di banyak negara lain.
Rumus kimia kokain adalah C17H21NO4.
Baca juga: Viral Video Tik Tok Para Buruh Kokain di Kolombia Ditonton Jutaan Kali
Kokain bertindak sebagai anestesi, yang mengganggu konduksi impuls di saraf, terutama di selaput lendir mata, hidung, dan tenggorokan.
Kokain, ketika tertelan dalam jumlah kecil, menghasilkan perasaan sejahtera dan euforia, bersama dengan nafsu makan yang menurun, kelegaan dari kelelahan, dan peningkatan kewaspadaan mental.
Ketika dikonsumsi dalam jumlah yang lebih besar dan pada penggunaan yang berkepanjangan dan berulang, kokain dapat menghasilkan depresi, kecemasan, lekas marah, hingga masalah tidur.
Kokain juga memicu kelelahan kronis, kebingungan mental, paranoia, dan kejang-kejang, yang dapat menyebabkan kematian.
Baca juga: Kuda Nil Kokain Milik Pablo Escobar Bakal Disterilkan, Ini Alasannya...
Selama berabad-abad, orang India di Peru dan Bolivia telah mengunyah daun koka yang dicampur dengan butiran batu kapur atau abu tanaman.
Mereka melakukannya untuk kesenangan atau untuk menahan kondisi kerja yang berat, juga demi menunda rasa lapar dan haus.
Dalam budaya lain, alkaloid aktif secara kimiawi diekstraksi dari daun koka dan diubah menjadi garam hidroklorik kokain atau kokain hidroklorida.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.