Jerman baru yang bersatu ini segera menjadi sangat kaya melalui industrialisasi, dan mulai menunjukkan kekuatannya di panggung global melalui akuisisi koloni di Afrika
Meskipun Bismarck bekerja untuk menjaga perdamaian di benua itu dengan menyeimbangkan di antara kekuatan-kekuatan lain, para pemimpin lainnya memilih menegaskan dominasi Jerman terlepas dari konsekuensinya.
Khususnya, sejarawan menggambarkan Kaiser Wilhelm II yang berbicara secara terbuka tentang keinginannya untuk supremasi ekonomi, dan militer Jerman dan berusaha untuk membuat visi ini menjadi kenyataan.
Secara khusus, ia banyak berinvestasi dalam pengeluaran militer, berharap untuk membangun angkatan laut yang dapat menantang armada Inggris yang terkenal secara global. Militerisasi Jerman yang cepat ini memicu perlombaan senjata di benua itu, yang mengganggu keseimbangan kekuatan Eropa.
Baca juga: Tokoh-tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Perang Dunia II
Menjelang Perang Dunia I, nasionalisme memicu persaingan ketat di Eropa. Negara-negara paling kuat di benua itu sering mencoba untuk saling mengalahkan melalui kerajaan, militer, dan inovasi teknologi mereka.
Sementara itu, pemerintah, media massa cetak baru, serta sekolah dan universitas memperkuat pesan keunggulan masing-masing negara.
Dengan kenangan perang Napoleon yang sudah lama memudar, negara-negara memandang perang sebagai cara cepat dan mudah untuk mencapai kejayaan. Bahkan, beberapa orang Eropa merayakan datangnya Perang Dunia I dengan parade dan sorak-sorai penonton yang mengirim tentara mereka ke garis depan.
Meskipun nasionalisme bisa menyatukan, di negara-negara seperti Inggris, Perancis, dan Jerman pada kondisi ekstrem kekuatan yang sama memisahkan kerajaan-kerajaan Eropa lainnya.
Secara khusus, Austria-Hongaria, Kesultanan Utsmaniyah (termasuk Turki, sebagian Balkan, dan sebagian besar Arab Timur Tengah), dan Rusia berjuang untuk mempromosikan identitas nasional yang kohesif mengingat perbedaan internal yang besar dari populasi mereka dalam hal etnis, budaya, bahasa, dan agama.
Faktanya, tembakan pertama Perang Dunia I—pembunuhan Archduke Franz Ferdinand dari Austria—datang di garis patahan salah satu kekaisaran multietnis itu, dengan para pembunuh mengeksekusi serangan mereka atas nama nasionalisme Slavia.
Baca juga: [KISAH MISTERI] Menguak Teka-teki Terowongan Kematian Perang Dunia I
Pembunuhan Franz Ferdinand bisa tetap menjadi urusan kecil yang terlokalisasi. Lagi pula, serangan itu tidak secara langsung mempengaruhi kekuatan terbesar di benua itu seperti Inggris, Perancis, Jerman, atau bahkan Rusia. Sebaliknya, itu melibatkan dua kekuatan yang lebih rendah: Austria-Hongaria dan Serbia.
Namun, para pemimpin Eropa menghabiskan waktu bertahun-tahun sebelum pembunuhan untuk membangun jaringan aliansi yang dibangun berdasarkan janji keamanan kolektif. Artinya, serangan terhadap satu negara akan diperlakukan sebagai serangan terhadap seluruh aliansi.
Secara teori, aliansi tersebut dimaksudkan sebagai pencegah konflik; negara yang lebih kuat akan cenderung tidak menyerang negara yang lebih lemah jika negara tersebut mendapat dukungan dari sekutu yang kuat.
Kenyataannya, jaringan aliansi memiliki efek yang berlawanan yang memperluas isu lokal menjadi krisis yang meluas ke benua. Di belakang Austria-Hongaria berdiri Jerman, di belakang Serbia berdiri Rusia, dan di belakang Rusia berdiri Inggris dan Perancis.
Baca juga: Kisah Prajurit Termuda di Perang Dunia I Tahun 1916
Satu minggu setelah pembunuhan Franz Ferdinand, Kaiser Wilhelm II dari Jerman menjanjikan dukungan tanpa syarat kepada Austria-Hongaria, namun memilih menanggapi serangan itu.
Dengan jaminan kosong ini, Austria-Hongaria menyatakan perang terhadap Serbia pada 28 Juli 1914. Dalam beberapa hari, Perancis, Jerman, dan Rusia mengumumkan deklarasi perang mereka sendiri.
Dengan demikian, Eropa berbaris menuju perang—atau, lebih tepatnya, seperti yang digambarkan oleh seorang sejarawan sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang ceroboh, sehingga benua itu mendapati dirinya “berjalan dalam tidur” menuju Perang Dunia I.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.