Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 11/11/2021, 11:45 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

KOMPAS.com - Sejarah Jepang mencatat selama pergolakan di periode Sengoku, tuan tanah feodal (daimyoI), memiliki pasukan dan pengikut sendiri. Penipuan dan pengkhianatan adalah strategi umum yang berkembang dalam politk masa ini.

Paling terkenal mungkin adalah pembunuhan Oda Nobunaga oleh pengikutnya sendiri Mitsuhide Akechi. Dia berusaha mengendalikan banyak wilayah kekuasaan di bawah Nobunaga, yang satu langkah lagi menyatukan negara.

Akechi akhirnya dibunuh oleh pengikut Oda, Toyotomi Hideyoshi, yang menggantikan Oda Nobunaga. Bersama dengan “Tokugawa Ieyasu”, perlawanan terakhir terhadap pemerintahan Toyotomi dikalahkan, melalui klan Hojo dan pengepungan di Kastil Odawara.

Baca juga: Sejarah Jepang (I): Periode Jomon hingga Lahirnya Shogun

Lima keluarga samurai

Setelah menyatukan Jepang di bawah pemerintahannya, Toyotomi Hideyoshi yang sakit menyerahkan keputusan kepada Dewan Lima Tetua. Kelompok lima keluarga samurai ini sangat berpengaruh di Jepang, salah satunya adalah Tokugawa Ieyasu.

Setelah kematian Toyotomi pada 1598, Tokugawa mengambil tindakan sendiri dan menaklukkan Istana Osaka, pangkalan putra Toyotomi Hideyoshi.

Langkah agresif ini membuat negara kembali terpecah menjadi dua partai. Yakni mereka yang berada di belakang Tokugawa Ieyasu, dan mereka yang berada di belakang penguasa feodal yang kuat bernama Ishida Mitsunari.

Kedua kekuatan tersebut bentrok pada 1600 dalam Pertempuran Sekigahara yang terkenal. Tokugawa Ieyasu muncul sebagai pemenang dan mendirikan Keshogunan Tokugawa pada 1603.

Baca juga: Mengenal Tamahagane, Logam Khusus Pembuat Samurai Jepang

Zaman Edo dan kemunculan Kurofune

Ibu kota negara Jepang lalu dipindahkan dari Kyoto, tempat istana kekaisaran berada, ke Edo, kota yang sekarang dikenal sebagai Tokyo pada 1603.

Ini menandai awal periode Edo yang damai, dengan perkembangan budaya ditentukan oleh orang-orang biasa di kota bukan bangsawan.

Banyak seni Jepang yang sekarang terkenal di dunia bermunculan, seperti pencetakan kayu ukiyo-e, teater kabuki, dan kimono seperti yang dikenal sekarang.

Kondisi yang damai dan stabil membuka kemajuan dalam segala jenis teknologi. Seni dan budaya, yang sebelumnya hampir secara eksklusif dimiliki oleh kelas atas, pun dalam periode ini jauh lebih mudah diakses oleh rakyat jelata.

Aktivitas belajar di sekolah dasar di Tokyo, Jepang.KOMPAS/DWI AS SETIANINGSIH Aktivitas belajar di sekolah dasar di Tokyo, Jepang.

Kapal Hitam, atau “kurofune”, memasuki Teluk Edo pada 1853 dan menandai awal dari berakhirnya era Edo yang bebas konflik.

Istilah kapal hitam mengacu pada yang asap hitam dari kapal uap yang saat itu dikomandoi oleh Komodor Perry, pemandangan yang menakutkan rakyat jelata dan bangsawan Jepang.

Komodor Perry membawa surat dari Presiden Millard Fillmore, Presiden Amerika Serikat ke-13, yang menuntut diakhirinya kebijakan isolasi Jepang selama satu abad dan larangan perdagangan luar negeri, serta menawarkan perjanjian perdagangan antara kedua pemerintah.

Dihadapkan dengan kekuatan militer yang luar biasa, Keshogunan tidak punya pilihan selain mematuhinya. Sekitar satu tahun kemudian, Perjanjian Perdamaian dan Persahabatan ditandatangani, mengakhiri pengasingan panjang Jepang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com