Namun, kemajuan seni memiliki efek negatif pada administrasi negara. Para bangsawan mengalihkan perhatian mereka pada budaya, daripada menegakkan sistem Ritsury.
Memanfaatkan kondisi kekaisaran Jepang yang lemah, banyak keluarga aristokrat dan kuil-kuil berpengaruh mulai membangun pasukan samurai mereka sendiri.
Baca juga: Mengenal Legenda Kitsune, Rubah dari Mitologi Jepang Kuno
Perkembangan itu membuat sengketa suksesi takhta meletus, dengan persaingan antara keluarga militer berpengaruh Taira (Heike), dan Minamoto.
Persaingan ini memuncak dalam Perang Genpei berdarah (1180 - 1185) yang meletus tepat setelah kudeta oleh Taira, tapi juga berakhir dengan kekalahannya.
Setelah perang, Minamoto no Yoritomo, kepala klan Yoritomo, menjadi penguasa de facto Jepang. Dia merebut kekuasaan istana dan mendirikan pemerintahannya sendiri yang disebut “bakufu”, atau sistem feodal yang dikenal sebagai “Shogun” dalam bahasa Inggris.
Kekuasaan untuk memerintah Jepang dipindahkan dari Kaisar ke Shogun, tapi negara itu jauh dari tenang. Keluarga samurai yang berpengaruh terus berjuang untuk mendapatkan kekuasaan dalam suasana pertempuran terus-menerus.
Masa bergejolak ini kemudian dikenal sebagai periode Sengoku (1467 – 1603).
Baca juga: Mengenal Tamahagane, Logam Khusus Pembuat Samurai Jepang
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.