Masyarakat pun bertransisi dari berbasis kerja sama menjadi berbasis kompetisi. “Wa” kemudian lebih sering dikenal sebagai masa di mana terjadi perjuangan penuh kekerasan untuk kekuasaan dan dominasi.
Era pertama yang tercatat dalam sejarah Jepang ini disebut juga Periode Kofun (300-710 M). Gundukan kuburan berbentuk lubang kunci yang sangat besar dikelilingi oleh parit menjadi ciri Periode Kofun. Dari 71 yang diketahui ada, yang terbesar besarnya mencapai 4 lapangan sepak bola.
Sementara menurut catatan China kuno, setelah tujuh puluh tahun peperangan keras yang dikenal sebagai Perang Saudara Wa, orang-orang mendambakan perdamaian.
Baca juga: Jepang Sukses Turunkan Kasus Covid-19 Varian Delta Tanpa Lockdown, Ini Caranya
Menghubungkan turbulensi dengan penguasa laki-laki di Wa, penduduk mencari penguasa perempuan untuk naik takhta menjadi penguasa Yamatai. Mereka menemukan Himiko, seorang wanita muda yang diduga mempelajari ilmu sihir.
Sihir dan ilmu gaib yang dibicarakan oleh sumber-sumber tersebut kemungkinan besar merujuk pada kebiasaan dan ritual Shinto awal. Inilah mengapa Himiko disebut ratu dukun.
Masa kepemimpinan Himiko masih menjadi spekulasi dalam sejarah Jepang. Sumber berbeda memunculkan berbagai teori tentang seperti apa pemerintahan dan negara pada masa ini.
Catatan China menggambarkan bagaimana kepemimpinan Himiko menang secara damai atas berbagai negara kecil lainnya di Wa, dan berhasil menyatukan mereka di bawah pemerintahannya.
Baca juga: Putri Mako dari Jepang Buka Suara Setelah Menikahi Rakyat Jelata
Yamato, selanjutnya muncul sebagai klan paling dominan di pusat negara baru yang bersatu itu. Mereka terkenal karena kemampuan membentuk aliansi, penggunaan besi secara luas, dan mengatur orang-orang mereka.
Klan Yamato diperintah oleh Kaisar yang garis keturunannya masih menjadi Kaisar di Jepang saat ini, sehingga menjadikan Kekaisaran Jepang sebagai monarki tertua di dunia. Klan-klan sekutunya termasuk Nakatomi, Kasuga, Mononobe, Soga, Otomo, Ki, dan Haji.
Kelompok sosial ini membentuk aristokrasi dalam struktur politik Jepang yang disebut “Uji”. Setiap orang di dalamnya memiliki pangkat atau gelar tergantung pada posisinya dalam klan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.