Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Piano: Awal Penemuan dan Perkembangan Inovasi Instrumen

Kompas.com - 29/10/2021, 04:00 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Meskipun ada minat pada piano, butuh hampir 50 tahun untuk instrumen ini menjadi sangat populer. Pada akhir abad ke-18, produksi piano mulai menyebar ke seluruh Eropa.

Setiap negara membuat piano memiliki desain khas mereka sendiri. Piano dari Inggris memiliki mekanisme yang lebih berat dan volume lebih keras. Sementara piano produksi Austria, memiliki mekanisme yang lebih ringan dan suara yang lebih lembut.

Piano Wina terkenal dengan bingkai kayu mereka, karena memiliki dua senar per note, dan palu yang ditutup dengan bahan kulit.

Wolfgang Amadeus Mozart dilaporkan lebih suka memainkan piano Wina, yang memiliki nada yang lebih lembut daripada yang modern.

Baca juga: Punya Kota Paling Bising di Dunia, Menteri India Ingin Semua Klakson Diganti Alat Musik

Sebastian Erard

Selama beberapa dekade, dari akhir 1700-an hingga awal 1800-an, pembuat instrumen di Eropa terus meningkatkan mekanika dan struktur produk piano mereka.

Namun tidak ada satu inovasi pun yang memiliki dampak seperti penemuan Cristofori, sampai seorang Paris bernama Sebastian Erard menemukan "pelarian ganda" atau mekanisme pengulangan.

Ide revolusioner ini, dipatenkan pada 1821, memungkinkan palu untuk memukul senar lagi sebelum tuts dikembalikan ke posisi semula, hingga memungkinkan pengulangan yang cepat.

Pembesaran tempat dan aula konser menghasilkan orkestra yang lebih besar, dan karenanya perlu instrumen yang lebih keras. Pembuat instrumen sepanjang 1700-an dan awal 1800-an melanjutkan pencarian Cristofori akan jawaban struktural untuk masalah menghasilkan lebih banyak volume.

Senar menjadi lebih berat, menambah ketegangan pada bingkai. Batang besi ditambahkan ke bingkai kayu, seluruh struktur menjadi lebih kuat dan lebih berat.

Baca juga: Taliban Larang Musik, Wanita Harus Ditemani Pendamping Pria jika Bepergian Jauh

Grand piano

Pada 1825, pembuat piano Amerika awal bernama Alpheus Babcock mendapat paten untuk penemuan pelat besi cor penuh untuk piano persegi, sehingga menghilangkan ketegangan senar dari kotak kayu.

Jonas Chickering, yang telah membuka perusahaan pianonya di Boston pada 1823, mengembangkan lebih lanjut karya Babcock dengan rangka besi penuh untuk grand piano.

Tidak semua piano memiliki jumlah tombol yang sama pada keyboard mereka. Jumlah tuts paling umum adalah 88, yaitu 52 tuts putih (naturals) dan 36 tuts hitam.

Mayoritas piano yang lebih tua agak lebih kecil dari yang modern, sehingga mereka hanya memiliki 85 tuts.

Namun, beberapa produsen berpikir lebih besar dan telah menghasilkan piano dengan sejumlah tuts ekstra. Misalnya, Imperial Bosendorfer memiliki sembilan tombol tambahan yang berkisar selama 8 oktaf.

Piano mereka sering memiliki tutup yang dapat menutupi tuts ekstra, jika pianis tidak terbiasa bermain pada piano seperti itu, atau tuts dapat dibuat dengan warna yang berbeda.

Baca juga: POPULER GLOBAL: Kisah Pemuda Surabaya Jadi Tentara AS | Uji Coba Festival Musik saat Pandemi Gagal Total

Produsen lain, Stuart dan Sons membuat piano dengan 102 tuts. Di sini, tuts ekstra tidak berbeda dari yang biasa secara visual. Sementara itu, Produsen Piano Schoenhut mengkhususkan diri dalam memproduksi piano mini dengan 44 atau 49 tuts.

Versi piano ini selanjutnya menjadi sangat populer bagi calon pianis, yang ingin menikmati semua fasilitas memiliki instrumen ini di rumah, tetapi tidak memiliki cukup ruang untuk versi piano yang lebih besar.

Penjualan piano meningkat dari hanya beberapa ribu pada 1850 menjadi 365.000 pada 1909. Piano kemudian diproduksi dalam bentuk yang halus dan pabrik-pabrik berkembang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com