Untuk wanita, yang berpartisipasi sejak awal, kepraktisan muncul dalam sedikit pemendekan rok, sekitar empat hingga enam inci dari tanah.
Tetapi pakaian untuk golf umumnya tetap menjadi pakaian wanits pada pergantian abad: rok, blus shirtwaist, jaket, topi dan sarung tangan, dan tentu saja, korset.
Pada 1918, sebuah iklan Vanity Fair pertama kali menggambarkan pegolf sebagai olahragawan “berpakaian bagus”. Modelnya menyoroti gaya pria pada saat itu, yang mengenakan jaket olahraga sepinggang dan celana sepanjang lutut.
Stoking katun panjang dan sepatu golf kemudian mulai dipakai pada periode ini, dengan topi golf sebagai pelengkap. Butuh beberapa tahun agar gaya ini benar-benar diadopsi secara luas.
Baru pada pertengahan 1920-an beberapa pemain golf yang lebih mapan memilih untuk berpakaian dengan cara ini.
Edward, Prince of Wales (kemudian Edward VIII dan Duke of Windsor), adalah salah satu tokoh yang memengaruhi mode golf, dengan gaya pribadinya yang gagah pada 1920-an.
Pengaruhnya terutama dalam penggunaan sweater panjang rajut bermotif Fair Isle tradisional dan kaus kaki bermotif.
Celana selutut yang digunakan sejak abad sebelumnya juga masih digunakan. Hanya saja, ada sejumlah penyesuain dengan potongan empat inci lebih panjang dari versi lamanya, dan dibuat longgar di bagian lutut atau "plus fours".
Pegolf di masa ini melanjutkan tradisi mengenakan kemeja dan dasi, di mana mereka mengenakan kardigan rajutan atau jaket "Norfolk" pada hari-hari yang lebih dingin.
Baca juga: Trump Marah-marah Lapangan Golf-nya Tak Jadi Tuan Rumah Turnamen Top
Selama 1930-an, pegolf mulai beralih dari celana selutut tradisional ke celana flanel atau 'celana panjang kain', biasanya berwarna putih atau abu-abu. Pada saat yang sama, penggunaan dasi mulai ditinggalkan dan ini bertahan hingga sekarang.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.