KOMPAS.com - Berakhirnya Perang Dingin ditandai dengan runtuhnya Uni Soviet pada tanggal 25 Desember 1991.
Sebelumnya, akhir Perang Dingin mulai tampak pada 1980-an ketika persaingan Amerika Serikat (AS) dengan Soviet mereda, setelah Mikhail Gorbachev menghapus sistem diktator dan menumbuhkan demokrasi.
Akhir Perang Dingin tahun 1991 dirayakan presiden AS kala itu, George Bush, dengan penuh suka cita dan mengeklaim kemenangan.
Baca juga: Perang Dingin: Terjadi pada Tahun 1947 dan Latar Belakangnya
Meski begitu, banyak pendapat yang mengatakan bahwa sebenarnya tidak ada pemenang di Perang Dingin, dan Gorbachev menilai persaingan Perang Dingin justru merugikan seluruh pihak yang berperan.
Bagaimana akhir dari Perang Dingin dapat ditelusuri ketika presiden AS Richard Nixon mulai menjabat, dan menerapkan pendekatan baru dalam hubungan internasional.
Alih-alih memandang dunia sebagai tempat bermusuhan dengan sistem bipolar, ia menyarankan mengapai tidak menggunakan diplomasi saja daripada aksi militer.
Untuk itu, ia mendorong PBB mengakui pemerintah komunis China dan setelah melakukan perjalanan ke sana pada 1972, mulai menjalin hubungan diplomatik dengan Beijing.
Pada saat bersamaan, ia mengadopsi kebijakan Detente atau relaksasi terhadap Uni Soviet.
Mengutip History, pada 1972 Richard Nixon dan perdana menteri Soviet Leonid Brezhnev menandatangani Perjanjian Pembatasan Senjata Strategis atau Strategic Arms Limitation Treaty (SALT I), yang melarang pembuatan rudal nuklir oleh kedua pihak dan mengambil langkah untuk mengurangi ancaman perang nuklir yang telah berlangsung puluhan tahun.
Terlepas dari upaya Nixon, Perang Dingin kembali memanas di bawah presiden AS Ronald Reagan.
Seperti banyak pemimpin generasinya, Reagan percaya bahwa penyebaran komunisme di mana pun mengancam kebebasan di mana-mana.
Kebijakan ini, khususnya seperti yang diterapkan di tempat-tempat seperti Grenada dan El Salvador, dikenal sebagai Doktrin Reagan.
Bahkan ketika Reagan melawan komunisme di Amerika Tengah, Uni Soviet sedang hancur.
Baca juga: Persaingan Perang Dingin di Berbagai Bidang: Ekonomi, Atom, hingga Luar Angkasa
Menanggapi masalah ekonomi yang parah dan gejolak politik yang berkembang di Uni Soviet, Mikhail Gorbachev saat menjabat pada 1985 memperkenalkan dua kebijakan yang mendefinisikan ulang hubungan Rusia dengan seluruh dunia, yaitu Glasnost (keterbukaan politik) dan Perestroika (reformasi ekonomi).
Namun, Glasnost justru memicu perpecahan di Uni Soviet, karena keterbukaan dan kebebasan informasi membuat media-media mengungkap setiap permasalahan di Uni Soviet yang sebelumnya ditutup-tutupi.
Alhasil, pengaruh Soviet di Eropa Timur pun memudar. Pada 1989 setiap negara komunis lainnya di wilayah tersebut mengganti pemerintahannya dengan pemerintahan nonkomunis.
Pada November 1989 Tembok Berlin – simbol yang paling terlihat dari Perang Dingin selama puluhan tahun – akhirnya dihancurkan.
Runtuhnya Tembok Berlin terjadi sekitar dua tahun setelah Reagan menantang perdana menteri Soviet dalam pidatonya di Gerbang Brandenburg di Berlin: “Tuan Gorbachev, hancurkan tembok ini.”
Pada 1991 Uni Soviet pecah dan Perang Dingin pun berakhir.
Berakhirnya Perang Dingin telah mengakhiri sistem bipolar dan mengubahnya jadi multipolar, sehingga negara-negara tidak hanya berpatokan pada dua kubu.
Baca juga: [Cerita Dunia] Mikhail Gorbachev Mundur, Uni Soviet Runtuh
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.