Pada 600 M, Chichen Itza sudah menjadi salah satu kota terbesar di peradaban Suku Maya.
Luasnya mencakup hampir dua mil persegi yang terdiri dari struktur komersial, perumahan, dan lainnya yang terbuat dari batu.
Chichen Itza bahkan memiliki "pinggiran kota" sendiri, dengan rumah-rumah kecil yang menempati pinggiran kota.
Baca juga: Ini Rahasia Peradaban Maya Bertahan Hidup di Tengah Cuaca Ekstrem Selama Ribuan Tahun
Pada abad ke-9, Chichen Itza adalah pusat kota regional de facto, dengan penguasanya mengendalikan sebagian besar semenanjung Yucatan tengah dan utara.
Melalui pelabuhannya di Isla Cerritos di pantai utara, Chichen Itza menjadi pusat komersial penting, tempat perdagangan barang, termasuk emas dan harta karun lainnya.
Pada puncak peradaban Suku Maya, diyakini bahwa sebanyak 50.000 orang tinggal di pusat kota Chichen Itza.
Populasi tersebut mungkin juga cukup beragam, karena setidaknya menurut standar waktu itu banyak penduduk berimigrasi ke kota dari luar Yucatan, termasuk dari Amerika Tengah.
Runtuhnya peradaban Suku Maya secara luas dikaitkan dengan kedatangan Christopher Columbus pada 1492, disusul penjelajah Eropa lainnya.
Namun, diperkirakan bahwa runtuhnya kota Chichen Itza jauh sebelum periode itu.
Para sejarawan percaya bahwa banyak kegiatan politik dan ekonomi pusat kota telah bergeser ke Mayapan, komunitas baru yang dibangun di selatan dan barat Chichen Itza, pada pertengahan 1200-an.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.