Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Penggunaan Doping dan Dilema Moral

Kompas.com - 22/10/2021, 21:30 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber

 

KOMPAS.com - Pengungkapan kasus atlet yang memakai doping biasanya memicu kemarahan.

Doping dianggap salah secara moral karena itu curang. Mereka yang ketahuan melakukannya harus dihukum.

Media, Asosiasi Anti-Doping Dunia (WADA), dan pejabat olahraga, semuanya mewujudkan gagasan ini.

Namun mengapa doping salah secara moral?

Baca juga: Seperti Apa Proses Tes Doping pada Atlet?

Alasan Penggunaan Doping

Esai karya Heather Dyke dari London School of Economics and Political Science dalam The Conversation (2016) menyebut, atlet yang menggunakan obat doping berusaha untuk mendapatkan keunggulan kompetitif atas saingan mereka.

Atlet berusaha untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dengan berbagai cara, dan banyak di antaranya tidak dilarang.

Tapi, mengapa penggunaan doping dilarang? Jawabannya: aturan olahraga.

Baca juga: Apa Itu Doping? Ini Sejarah, Jenis, dan Bahayanya bagi Atlet

Dilema Moral Doping

Zat terlarang doping biasanya bersifat sintetis, sehingga secara artifisial meningkatkan kinerja atletik.

Jika tujuan olahraga adalah untuk menguji batas-batas alami sifat manusia, maka, dengan memperluas batas-batas itu secara artifisial, doping bertentangan dengan esensi olahraga.

Banyak zat terlarang, seperti steroid anabolik, adalah sintetis.

Tetapi banyak zat alami, seperti Erythropoietin (EPO), dan teknik yang tidak melibatkan zat sintetis, seperti doping darah, juga dilarang.

Mungkin masalah sebenarnya terletak pada efek koersif doping, yakni apa yang disebut "perlombaan senjata".

Jika beberapa atlet diuntungkan karena mereka doping, itu memberi tekanan pada atlet lain untuk melakukan doping juga.

Baca juga: Alasan Doping seperti Testosterone Booster Dilarang dalam Olahraga

Jawaban yang paling jelas tentang mengapa doping dilarang adalah bahwa doping memberikan keuntungan yang tidak adil.

Dengan melanggar aturan, atlet doping mendapatkan keuntungan yang tidak didapatkan oleh pesaingnya yang lebih patuh aturan.

Ada banyak cara di mana atlet berusaha untuk mendapatkan keuntungan dari saingan mereka.
Biss dengan menggunakan pelatih terbaik,
teknik pelatihan, pola makan, dan sebagainya.

Metode ini dianggap adil karena berada dalam aturan.

Ketidakadilan dari keuntungan yang diperoleh dengan doping tampaknya diberikan hanya oleh fakta bahwa itu melanggar aturan, dan karena itu curang.

Baca juga: WADA Badan Antidoping Dunia Beri Sanksi Indonesia, Apa Itu Doping?

Heather Dyke juga menyebut hal paling bijak adalah hilangkan pandangan bahwa doping secara intrinsik salah secara moral.

Larangan doping dibenarkan dengan cara yang sama, seperti aturan olahraga tertentu yang dibenarkan.

Aturan olahraga apa pun dirancang secara sewenang-wenang dengan berbagai tujuan.

Bisa untuk memfasilitasi pertandingan yang seimbang di antara para pesaing, untuk menghargai keterampilan tertentu, untuk menghasilkan tontonan yang menghibur, dan seterusnya.

Intinya, aturan melawan doping dalam olahraga tertentu tidak lebih berbobot secara moral daripada aturan lain dalam olahraga itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com