William Harvey (1578–1657), dokter Raja Charles I, dikreditkan dengan penemuan bahwa darah bergerak ke seluruh tubuh dengan cara peredaran darah dari jantung.
Friedrich Hoffmann (1660-1742), kepala profesor kedokteran di University of Halle, kemudian mencatat bahwa penyakit jantung koroner dimulai dengan "berkurangnya aliran darah di dalam arteri koroner".
Baca juga: Serangan Jantung
Angina atau sesak di dada, yang sering menjadi indikator penyakit jantung, sempat membingungkan banyak dokter di abad ke-18 dan ke-19.
Pertama kali dijelaskan pada tahun 1768 oleh William Heberden, angina diyakini banyak orang ada hubungannya dengan darah yang beredar di arteri koroner, meskipun yang lain menganggapnya sebagai kondisi yang tidak berbahaya.
William Osler (1849-1919), kepala dokter dan profesor kedokteran klinis di Rumah Sakit Johns Hopkins, bekerja secara ekstensif pada angina dan merupakan salah satu yang pertama menunjukkan bahwa itu adalah sindrom penyakit itu sendiri.
Kemudian, pada tahun 1912, ahli jantung Amerika James B. Herrick (1861-1954) menyimpulkan bahwa penyempitan bertahap arteri koroner dapat menjadi penyebab angina, menurut University of Minnesota.
Baca juga: 10 Penyebab Serangan Jantung dan Cara Mencegahnya
Tahun 1900-an menandai periode meningkatnya minat, studi, dan pemahaman tentang penyakit jantung.
Pada tahun 1915, sekelompok dokter dan pekerja sosial membentuk organisasi bernama Association for the Prevention and Relief of Heart Disease di New York City.
Pada tahun 1924, beberapa grup asosiasi jantung menjadi American Heart Association Trusted Source.
Para dokter ini khawatir tentang penyakit itu karena mereka hanya tahu sedikit tentangnya.
Pasien yang biasanya mereka temui memiliki sedikit harapan untuk pengobatan atau kehidupan yang memuaskan.
Hanya beberapa tahun kemudian, dokter mulai bereksperimen dengan menjelajahi arteri koroner dengan kateter.
Ini nantinya akan menjadi kateterisasi jantung kiri (dengan angiogram koroner).
Saat ini, prosedur ini biasanya digunakan untuk mengevaluasi atau mengkonfirmasi keberadaan penyakit arteri koroner dan untuk menentukan perlunya perawatan lebih lanjut.
Baik dokter Portugis Egas Moniz (1874–1955) dan dokter Jerman Werner Forssmann (1904–1979) dikreditkan sebagai pelopor dalam bidang ini.