Revolusi Industri 2.0 dimulai pada abad ke-19 melalui penemuan listrik dan jalur produksi perakitan.
Henry Ford (1863-1947) mengambil ide produksi massal dari sebuah rumah jagal di Chicago, saat melihat babi-babi digantung di ban berjalan dan setiap tukang daging hanya melakukan sebagian tugas menyembelih hewan.
Henry Ford menerapkan prinsip-prinsip ini ke dalam produksi mobil dan secara drastis mengubahnya dalam prosesnya.
Sebelum satu stasiun merakit seluruh mobil, sekarang kendaraan diproduksi secara parsial di ban berjalan.
Hal ini jauh lebih cepat dan memakan biaya lebih rendah.
Baca juga: Revolusi Industri: Sejarah, Faktor, dan Perkembangannya
Revolusi Industri 3.0 dimulai pada tahun 70-an, melalui otomatisasi parsial menggunakan kontrol dan komputer yang dapat diprogram memori.
Sejak diperkenalkannya teknologi ini, perusahaan dapat mengotomatiskan seluruh proses produksi tanpa bantuan manusia.
Contoh yang diketahui dari hal ini adalah robot, yang melakukan urutan terprogram tanpa campur tangan manusia.
Baca juga: Aksara dan Bahasa Nusantara Harus Bertahan di Era Revolusi Industri 4.0
Revolusi Industri 4.0 ditandai dengan penerapan teknologi informasi dan komunikasi pada industri.
Sistem produksi yang sudah memiliki teknologi komputer, yang diperluas dengan koneksi jaringan dan memiliki kembaran digital di Internet.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.