Mereka terus memperjuangkan hal yang sama seperti yang dilakukan para pekerja dalam revolusi industri.
Mereka juga telah memainkan peran penting dalam meningkatkan kehidupan para pekerja.
Revolusi industri memiliki dampak besar pada kehidupan perempuan. Sebelum munculnya industrialisasi, perempuan sering ditugaskan dengan pekerjaan tradisional, seperti membuat dan memperbaiki pakaian.
Namun, karena industri tekstil sangat diuntungkan dengan berbagai penemuan yang diciptakan selama periode waktu tersebut, peran tradisional perempuan bergeser.
Perempuan memasuki dunia kerja di pabrik tekstil dan tambang batu bara dalam jumlah besar.
Perempuan tidak dihargai sama dengan laki-laki di tempat kerja, dan karena itu sering dibayar jauh lebih rendah daripada laki-laki.
Para pekerja mulai memprotes dan memperjuangkan hak yang lebih setara.
Gerakan feminis awal juga muncul dari periode ini, ketika perempuan mulai berorganisasi dan memprotes kesetaraan yang lebih dalam masyarakat.
Hari ini, gerakan feminis berlanjut ketika perempuan berjuang untuk kesetaraan upah, hak bersalin dan banyak lagi.
Baca juga: Agnez Mo: Feminisme Bukan Tentang Mengalahkan Laki-laki
Dampak lain dari revolusi industri adalah kontribusinya terhadap urbanisasi.
Revolusi Industri pertama kali dimulai di Inggris pada abad ke-18, sebagian karena peningkatan produksi pangan, yang merupakan hasil utama dari revolusi pertanian.
Di masa revolusi industri, kota-kota industri tumbuh secara dramatis karena migrasi petani dan keluarga mereka yang mencari pekerjaan di pabrik dan tambang yang baru dikembangkan.
Sebagai contoh, pada tahun 1750, hampir 80 persen, populasi di Inggris hidup di pertanian.
Tetapi pada tahun 1850, jumlah tersebut berkurang menjadi hanya 50 persen.
Seiring dengan migrasi massal penduduk, Inggris juga mengalami ledakan penduduk yang cukup besar di tahun-tahun awal Revolusi Industri.
Baca juga: Penyebab Urbanisasi dan Solusi untuk Meminimalisir Urbanisasi