Pada Juni 2017, Mohammed bin Salman resmi diangkat sebagai putra mahkota. Tak butuh waktu lama, dia langsung tancap gas untuk mengejar tujuannya.
Pada November 2017, puluhan pangeran Arab Saudi, pemimpin bisnis, dan pejabat senior ditangkap. Manuver itu dilakukan dengan dalih sebagai upaya anti-korupsi.
Namun, karena orang-orang yang ditahan adalah beberapa tokoh terkaya dan paling kuat di Arab Saudi, banyak pengamat menduga tujuan sebenarnya dari manuver Mohammed bi Salman adalah untuk mengamankan kekuasaannya.
Sebagian besar orang yang ditahan akhirnya dibebaskan meski balasannya adalah melepaskan sebagian kendali bisnis mereka kepada negara atau membayar miliaran dollar AS.
Melansir Forbes, meski Raja Salman adalah Raja Arab Saudi, Mohammed bi Salman-lah yang secara de facto menguasai Arab Saudi.
Baca juga: Profil Halimah Yacob, Presiden Singapura
Mohammed bin Salman juga menjadi menjadi tumpuan di mana geopolitik Timur Tengah bergerak untuk generasi berikutnya.
Namanya juga mencuat tatkala menginisiasi penawaran umum perdana (IPO) saham raksasa minyak Aramco di lantai bursa Tadawul, Arab Saudi.
Hingga akhirnya pada 2019, Aramco melantai di bursa Tadawul dengan meraup 25,6 miliar dollar AS.
Mohammed bin Salman juga sempat masuk dalam daftar Orang Berpengaruh di Dunia pada 2018 versi Forbes dan Pengubah Game Global pada 2017 versi Forbes juga.
Baca juga: Profil Fumio Kishida, Perdana Menteri Jepang yang Baru
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.