Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nicolaus Copernicus, Matematikawan Tenar Era Renaissance

Kompas.com - 07/10/2021, 20:36 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

KOMPAS.com - Nicolaus Copernicus dikenal sebagai astronom sekaligus matematikawan berkebangsaan Polandia di masa Renaissance.

Dia menemukan teori Heliosentris, yang menyatakan bahwa Matahari merupakan pusat tata surya.

Teorinya kemudian memberikan perubahan signifikan berupa revolusi sains.

Menginspirasi ilmuwan seperti Galileo Galilei, Johannes Kepler, Rene Descartes, hingga Isaac Newton.

Baca juga: Tokoh Renaissance, dari Copernicus sampai Da Vinci

Masa Muda

Copernicus lahir pada 19 Februari 1473 di Torun, Kerajaan Polandia. Dia merupakan anak bungsu pasangan Mikolaj dan Barbara Watzenrode.

Setelah ayahnya meninggal, dia dibawa sang paman, Lucas Watzenrode untuk diasuh dan diberi pendidikan memadai.

Watzenrode mengirim Copernicus untuk belajar di Sekolah St John di Torun, di mana sang paman menjadi kepala sekolahnya.

Kemudian, dia dimasukkan ke Sekolah Katedral di Wloclawek dekat Sungai Vistula, institusi pendidikan untuk mempersiapkan muridnya masuk ke Universitas Krakow.

Di musim gugur 1492, Copernicus berkuliah di Jurusan Seni Fakultas Astronomi dan Matematika. Dia jadi murid Albert Brudzewski.

Baca juga: Biografi Tokoh Dunia: Nicolaus Copernicus, Penemu Teori Heliosentris

Brudzewski adalah profesor filsafat Aristotelian, namun juga mengajarkan astronomi secara privat di luar kampus.

Kuliah yang diikuti Copernicus memberikan dasar ilmu yang kuat dalam bidang matematika astronomi.

Empat tahun kuliah di Krakow mengasah daya kritisnya dan membangun logikanya dengan membandingkan dua sistem yang dikenal di astronomi, Aristotle dan Ptolemy.

Pada musim gugur 1495, Copernicus meninggalkan Universitas Krakow tanpa menggamit gelar. Sebab, saat itu pamannya dilantik sebagai Pangeran-Uskup Warmia.

Watzenrode lalu mencoba memasukkan keponakannya di bagian kanonik Warmia yang kosong sejak mkematian Jan Czanow pada 26 Agustus 1495.

Namun, pengangkatan itu terhambat. Watzenrode lalu mengirim Copernicus untuk mempalajari hukum kanonik di Italia di pertengahan 1496.

Dia pindah ke Bologna, dan beberapa bulan kemudian dia mendaftar di Universitas Bologna di Jurist sebagai "mahasiswa Jerman".

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Nicolaus Copernicus Meninggal Dunia

Sejak 1496 hingga 1501, Copernicus dengan tekun mempelajari hukum kanonik gereja dan astronomi di Universitas Bologna.

Dia bertemu dengan astronom bernama Domenico Maria Novara da Ferrara, dan kemudian menjadi murid sekaligus asistennya.

Sejarawan Edward Rosen menjabarkan Copernicus sangat mengagumi Ferrara karena dia merupakan ilmuwan yang mempertanyakan teori Ptolemy.

Di 1501, Copernicus kemudian pindah ke Universitas Padua, dan belajar menjadi dokter selama dua tahun sebelum memutuskan keluar.

Dua tahun kemudian, dia menamatkan pendidikan doktoral hukum gereja di Universitas Ferrara, dan kembali Polandia sebagai pastor.

Dia bergabung dengan pamannya di Istana Episkopal. Selama beberapa tahun, dia bekerja membantu sang paman, dan mengasah ilmu astronominya.

Baca juga: Leonardo Da Vinci, Seniman Besar dari Era Renaissance

Penemuan Heliosentris

Sekembalinya ke Warmia, Copernicus bekerja sebagai dokter sekaligus sekretaris pribadi bagi Watzenrode hingga 1510.

Kemudian setelah pindah ke Lidzbark-Warminski, dia melanjutkan mempelajari astronomi. Salah satu sumber yang dipakai adalah Epitome of the Almagest karya Regiomontanus di abad ke-15.

Buku tersebut menawarkan penjelasan alternatif terhadap bentuk semesta yang ditawarkan Ptolemy, dan sangat mempengaruhi penelitian Copernicus.

Copernicus dipercaya mulai menyusun teorinya yang paling terkenal, Heliosentris, di 1508 yang membutuhkan waktu hingga enam tahun.

Kemudian pada 1514, dia berhasil menyusun Commentariolus atau Komentar Kecil. Manuskrip setebal 40 halaman yang memuat tentang Heliosentris.

Baca juga: Tujuan Renaissance: Mengubah Dunia, Membuka Jalan Terang

Dalam teori "mentah" tersebut, Copernicus menyatakan kalau Matahari, bukan Bumi, merupakan pusat dari tata surya.

Dia mempercayai setiap planet mempunyai kecepatan mengelilingi Matahari (revolusi) berbeda. Tergantung dari jarak dan ukurannya.

Copernicus bukanlah ilmuwan pertama yang memercayai kalau Matahari merupakan pusat tata surya. Jauh di abad ke-3 Sebelum Masehi, seorang ilmuwan Yunani Aristarchus dari Samos juga mengutarakannya.

Namun, penjelasan yang ditawarkan Copernicus lebih akurat dibanding Aristarchus. Dia juga memberikan formulasi efisien tentang kalkulasi posisi planet-planet.

Selain itu, dengan gamblang Copernicus menjelaskan kalau bintang tidak bergerak. Jika mereka seolah bergerak, itu terjadi karena perputaran Bumi.

Dia lalu mengirim hasil penelitiannya ke koleganya sesama ilmuwan maupun para cendekiawan. Namun, mereka semua tidak mempunyai respon positif.

Baca juga: Dampak Renaissance: Majukan Seni, Pendidikan, dan Politik

Copernicus mulai mengumpulkan banyak data untuk menyempurnakan penelitiannya sehingga menjadi buku yang dikenal sebagai De Revolutionibus Orbium Coelestium.

Tapi buku ini tak lepas dari kontroversi. Gereja menyatakan teori Copernicus sesat. Kecaman juga datang dari Martin Luther ketika buku itu terbit.

Tapi, sejarah membuktikan bahwa teori Copernicus benar adanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Internasional
Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Internasional
Apa Status Palestina di PBB?

Apa Status Palestina di PBB?

Internasional
Alasan Mogok Kerja Para Dokter di Kenya

Alasan Mogok Kerja Para Dokter di Kenya

Internasional
Posisi Yordania Terjepit Setelah Ikut Tembak Jatuh Rudal Iran

Posisi Yordania Terjepit Setelah Ikut Tembak Jatuh Rudal Iran

Internasional
Asia Tenggara Jadi Tujuan Utama Perdagangan Sampah Impor Ilegal

Asia Tenggara Jadi Tujuan Utama Perdagangan Sampah Impor Ilegal

Internasional
Junta Myanmar Dituding Pakai Warga Rohingya sebagai “Perisai Manusia”

Junta Myanmar Dituding Pakai Warga Rohingya sebagai “Perisai Manusia”

Internasional
Mengapa Banyak Sekali Tentara Rusia Tewas di Ukraina?

Mengapa Banyak Sekali Tentara Rusia Tewas di Ukraina?

Internasional
Kecerdikan dan Kegigihan Hamas dalam Memperoleh Senjata

Kecerdikan dan Kegigihan Hamas dalam Memperoleh Senjata

Internasional
Sosok Uskup Korban Penusukan Dalam Aksi Terorisme di Australia

Sosok Uskup Korban Penusukan Dalam Aksi Terorisme di Australia

Internasional
Persenjataan Hamas Semakin Banyak yang Justru Bersumber dari Israel

Persenjataan Hamas Semakin Banyak yang Justru Bersumber dari Israel

Internasional
Dari Mana Hamas Memperoleh Senjata?

Dari Mana Hamas Memperoleh Senjata?

Internasional
Perjalanan Hubungan Israel dan Iran, dari Sekutu Jadi Musuh

Perjalanan Hubungan Israel dan Iran, dari Sekutu Jadi Musuh

Internasional
Siapa Pemasok Terbesar Senjata untuk Israel?

Siapa Pemasok Terbesar Senjata untuk Israel?

Internasional
Apa Saja Jenis Persenjataan Militer Israel dan dari Mana Pasokannya?

Apa Saja Jenis Persenjataan Militer Israel dan dari Mana Pasokannya?

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com