Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tujuan Renaissance: Mengubah Dunia, Membuka Jalan Terang

Kompas.com - 07/10/2021, 13:47 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Telegraph

KOMPAS.com - Renaissance dikenal sebagai ledakan budaya, politik, ilmiah, dan intelektual di Eropa.

Era ini terjadi antara abad ke-14 dan ke-17.

Ini mungkin merupakan periode yang paling penting dalam perkembangan manusia sejak jatuhnya Roma Kuno.

Baca juga: Dampak Renaissance: Majukan Seni, Pendidikan, dan Politik

Tujuan Renaissance

Dilansir Telegraph, awalnya gerakan ini berkembang di Florence pada abad ke-14.

Gelombang Renaissance lantas menyebar ke seluruh Eropa.

Ide-idenya berubah dan berkembang, menyesuaikan pemikiran dan kondisi budaya lokal.

Tapi, Renaissance tetap setia pada cita-citanya: perombakan budaya.

Baca juga: Sejarah Renaissance: Faktor Kemunculan dan Perkembangannya

Cita-cita awal Renaissance adalah mengubah dunia dalam hampir semua cara yang bisa dipikirkan orang.

Hal itu lantas memiliki semacam efek bola salju. Setiap kemajuan intelektual baru membuka jalan bagi kemajuan lebih lanjut.

Renaissance tidak membatasi dirinya hanya untuk terlihat cantik. Di baliknya ada disiplin intelektual baru.

Perspektif dikembangkan, cahaya dan bayangan dipelajari, dan anatomi manusia ditelaah.

Semuanya demi mengejar realisme baru dan keinginan untuk menangkap keindahan dunia sebagaimana adanya.

Baca juga: Faktor Pendorong Kemunculan Zaman Renaissance

Ambisi Intelektual Pendorong Batas

Renaissance adalah tentang menemukan kembali ambisi intelektual peradaban klasik.

Ia mendorong batas-batas dari apa yang dapat ketahui dan dicapai manusia

Bahkan ketika para seniman menciptakan realisme baru yang berani, para ilmuwan terlibat dalam revolusi mereka sendiri.

Copernicus dan Galileo telah mengembangkan pemahaman yang belum pernah terjadi sebelumnya tentang tempat planet di kosmos.

Dia membuktikan bahwa Bumi berputar mengelilingi Matahari.

Baca juga: Dampak Renaissance bagi Dunia

Kemajuan dalam bidang kimia menyebabkan munculnya bubuk mesiu, sementara model matematika baru merangsang sistem perdagangan keuangan baru, membuatnya lebih memudahkan segala urusan.

Columbus menemukan Amerika, Ferdinand Magellan memimpin ekspedisi untuk mengelilingi dunia.

Badai api intelektual besar pun "mengamuk" di seluruh Eropa.

Baca juga: Pengaruh Renaissance bagi Indonesia

Era Humanis nan Radikal

Pemikir radikal seperti Luther dan Erasmus menguraikan cara baru dalam memandang dunia.

Gebrakannya memnbuat manusia tidak terlalu bergantung pada kepatuhan buta kepada Gereja Katolik.

Mereka menekankan agar manusia lebih memakai pikirannya.

Belum pernah ada sebelumnya perpaduan seni, sains, dan filsafat seperti itu. Dan belum pernah ada kesempatan seperti itu untuk disebarluaskan.

Renaissance, dalam konteks positif, menggebrak hal ini dengan radikal.

Baca juga: Kondisi Eropa Sebelum Renaissance

Warisan Terbesar Renaissance: Mesin Cetak

Kemajuan ilmiah yang sama juga berkontribusi pada salah satu warisan besarnya: mesin cetak.

Pada tahun 1440, Gutenberg memperkenalkan mesin cetak ke dunia.

Artinya untuk pertama kalinya, buku dapat diproduksi secara massal. Satu pers bisa menghasilkan 3.600 halaman sehari.

Ini menghasilkan ledakan literatur dan ide yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah.

Baca juga: Menenun Furnitur dari Mesin Cetak Tiga Dimensi

Pada tahun 1500, mesin cetak di Eropa Barat telah menghasilkan lebih dari 20 juta volume. Dan pada tahun 1600, itu meningkat menjadi 200 juta.

Dan dunia pun berubah sejak itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Telegraph
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com