Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Jepang: Dari Negeri Matahari Terbit sampai Era Modern

Kompas.com - 06/10/2021, 11:09 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

KOMPAS.com - Jepang sebagai salah satu negara maju dunia, punya sejarah yang teramat panjang.

Dikenal sebagai negara yang amat modern, Jepang sudah melewati berbagai era. Ini dimulai pada Periode Jomon, yakni zaman prasejarah Jepang, yang diawali dari 12.000 SM sampai sekitar 800 SM.

Pada periode ini, berkembang budaya hirarki atau kelas sosial. Negara Jepang saat itu dikenal sebagai Wa, yang punya penguasa perempuan tersohor bernama Himiko

Baca juga: Profil Fumio Kishida, Perdana Menteri Jepang yang Baru

Tahun 538 menandai awal dari periode Asuka dan pengenalan Buddhisme ke Jepang, dengan tokohnya yang bernama Pangeran Shotoku.

Shutoku pernah berujar tentang negerinya:

”Dari kedaulatan negeri matahari terbit menuju kedaulatan negeri matahari terbenam."

Karena itu, Jepang dikenal sebagai negeri matahari terbit atau Nihon.

Setelah kematian Pangeran Shotoku dan penghancuran seluruh klan yang disebut “Peristiwa Isshi", Jepang mulai bergolak.

Kaisar Kotoku, pemimpin baru, menetapkan serangkaian aturan dan doktrin-doktrin yang disebut “Reformasi Taika".

Dilansir Live Japan, berikut periode penting dalam sejarah Jepang, yang dimulai dari reformasi ini.

Baca juga: Pemilu Jepang Digelar 31 Oktober, Fumio Kishida Disetujui Jadi PM Baru

Periode Nara

Periode Nara (710-794) menandai Imperial Court dalam upayanya membentuk lanskap politik Jepang.

Mulai dikenal sebuah set hukum yang disebut sistem Ritsuryo, terdiri dari hukum pidana, pembentukan resmi peringkat di pengadilan, dan lainnya.

Masyarakat periode Nara sangat dipengaruhi Dinasti Tang, dengan hubungan diplomatik yang kuat dan aktif dengan China.

Agama Buddha berkembang pesat. Banyak candi-candi utama yang dibangun, seperti Daian-ji, Kofuku-ji, dan Todai-ji, serta “Great Buddha”.

Baca juga: Dengan Kekuatan Rock and Roll, Warga Jepang Yakin Bisa Atasi Serangan Beruang

Periode Heinan

Periode Heinan yang erlangsung hingga 1185 adalah puncak dari Imperial Court dimana seni dan sastra berkembang.

Novel pertama di dunia, "Genji Monogatari", ditulis dalam Periode Nara oleh Murasaki Shikibu.

Banyak ide-ide yang saat ini dianggap tradisi Jepang muncul pada saat itu.

Mulai dari kebiasaan menghitamkan gigi (Ohaguro) hingga sistem suku kata hiragana. Juga kimono dua belas lapis yang sangat rumit, yang disebut junihitoe.

Baca juga: Kimono Project, Lukisan Budaya Negara Peserta Olimpiade dalam Kimono

Lahirnya Keshogunan

Di era ini, Jepang mulai tidak stabil dan militer semakin berkuasa. Sengketa suksesi tahta mengarah ke persaingan antar keluarga militer yang berpengaruh.

Persaingan ini memuncak pada Perang berdarah Genpei (1180-1185) yang meletus setelah kudeta Taira dan berakhir dengan kekalahan klan Taira.

Setelah perang, Minamoto no Yoritomo, kepala klan Yoritomo, menjadi penguasa de facto dari Jepang.

Dia merebut kekuasaan dan mendirikan pemerintahannya sendiri, yakni bakufu, sistem feodal yang juga dikenal dengan istilah Shogunate/Keshogunan, dengan shogun yang berkuasa.

Di era ini, keluarga samurai yang berpengaruh terus berjuang untuk kekuasaan.

Waktu yang bergolak ini kemudian dikenal sebagai periode Sengoku, atau Perang Wilayah periode (1467-1603).

Baca juga: Kisah Riwayat Taira no Masakado dan Legenda Hantu Kepala Samurai

Tiga Jenderal Pembentuk Jepang

Tokugawa Ieyasu. Shogun Jepang dan pendiri Klan Tokugawa.via Yacan Sakura Tokugawa Ieyasu. Shogun Jepang dan pendiri Klan Tokugawa.

Selama periode Perang Wilayah ini, ada tiga jenderal yang membentuk nasib Jepang. Mereka adalah para bangsawan feodal, yang disebut daimyo.

Nama terkenal di era ini adalah Toyotomi Hideyoshi dan Tokugawa Ieyasu.

Setelah bersatu di bawah pemerintahannya, Hideyoshi meninggalkan kekuasaannya kepada “Lima Dewan Sesepuh”, yang terdiri dari keluarga samurai yang paling berpengaruh, salah satunya Tokugawa Ieyasu.

Setelah kematian Toyotomi tahun 1598, Tokugawa menyelesaikan semua permasalahan dengan tangannya sendiri dan menjadi yang pertama menaklukkan Kastil Osaka.

Langkah agresif ini menyebabkan kepemimpinan negara itu menjadi dua, yakni mereka yang mendukung Tokugawa Ieyasu dan bangsawan feodal Ishida Mitsunari.

Dua kekuatan ini bentrok pada 1600 dalam Pertempuran Sekigahara.

Tokugawa Ieyasu keluar sebagai pemenangnya dan mendirikan Keshogunan Tokugawa pada tahun 1603.

Baca juga: 10 Fakta Sejarah Samurai Jepang yang Melegenda

Periode Edo

Di masa ini, ibu kota negara dipindahkan dari Kyoto, ke Edo, kota yang sekarang dikenal dengan nama Tokyo.

Banyak kesenian Jepang sekarang terkenal di dunia, seperti ukiyo-e pencetakan kayu, teater kabuki, dan kimono seperti yang dikenal saat ini.

Di zaman ini, Jepang amat stabil dan damai. Kemajuan ini telah menghasilkan banyak hal, terutama seni dan budaya.

Baca juga: Mengapa Wilayah Jepang Terbagi Antara Kanto dan Kansai?

Era Kurofune

Tahun 1853 menandai awal dari akhir era Edo yang bebas konflik. Ini adalah tahun ketika “Kapal Hitam” atau kurofune, memasuki Edo Bay.

“Kapal hitam" merujuk pada asap hitam yang ditiupkan ke udara oleh mesin kapal, pemandangan yang ditakuti oleh kaum jelata di Jepang dan para bangsawannya.

Komodor Perry membawa surat dari Presiden Millard Fillmore, Presiden ke-13 AS, yang menuntut akhir kebijakan isolasi dan larangan perdagangan dengan luar negeri serta perjanjian perdagangan.

Dihadapkan dengan kekuatan militer besar, Keshogunan tidak punya pilihan selain mematuhinya.

Baca juga: Biografi Tokoh Dunia: Saigo Takamori, Tokoh Restorasi Meiji

Restorasi Meiji

Kaum nasionalis pro-kekaisaran, yakni Ishin Shishi, berusaha menaikkan Kaisar kembali dan mengusir kaum "barbar Barat" dari Jepang.

Mereka melawan pasukan Keshogunan yang setia pada pemerintah militer yang dipimpin oleh Shogun.

Ketegangan ini menyebabkan Perang Boshin, dimana kedua pasukan bentrok dengan berbagai macam konflik di seluruh Jepang.

Pada akhirnya, pasukan kekaisaran menang dan Shogun menyerah pada tahun 1868. yang disebut Restorasi Meiji.

Hal ini mengembalikan Kaisar sebagai satu-satunya penguasa Jepang dan menghapuskan pemerintah militer Keshogunan untuk terahkir kalinya.

Periode Meiji membawa perubahan budaya. Namun, dengan pengaruh Barat, fashion mulai bergeser dari pakaian tradisional Jepang menjadi jas, celana dan gaun.

Bahkan Chonmage, gaya rambut samurai setengah dicukur yang terkenal, jarang terlihat lagi.

Jepang telah mengadopsi standar mode Barat dan mengalami industrialisasi yang modern dalam waktu yang sangat singkat.

Baca juga: Kisah Putri Mako, Keluarga Kaisar Jepang yang Mencintai Rakyat Biasa

Menjadi Kekuatan Ekonomi Asia

Gedung perkantoran di Tokyo Jepangworldpropertychannel.com Gedung perkantoran di Tokyo Jepang

Kemajuan teknologi yang cepat menyebabkan Jepang setara dengan Barat hanya beberapa dekade kemudian.

Dalam Perang Dunia Pertama pada tahun 1914, negara itu menjadi sekutu “Triple Entente”, yang terdiri dari Perancis, Inggris, dan Rusia, yang berperang melawan Jerman dan Austria-Hongaria.

Jepang berhasil merebut wilayah di Pasifik pada saat Jerman kalah.

Ketika Perang Dunia II pecah pada tahun 1939, Jepang adalah bagian dari Axis, bersama dengan Hitler Jerman dan Mussolini Italia.

Jepang akhirnya dikalahkan oleh AS dan menyerah pada tahun 1945.

Baca juga: Mengapa Hiroshima-Nagasaki Bisa Dihuni, Tapi Chernobyl Tidak?

Setelah tahun demokratisasi dan kependudukan, Jepang bergabung dengan Blok Barat pada tahun 1952 dan mengalami booming ekonomi besar-besaran disepanjang tahun 60-an dan 70-an.

Membuatnya menjadi salah satu kekuatan ekonomi Asia.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com