KOMPAS.com - Uji coba rudal hipersonik Korea Utara pekan lalu memicu kekhawatiran baru, tentang perlombaan senjata mutakhir yang dapat mengganggu keseimbangan nuklir global.
Rusia, yang pada Senin (4/10/2021) mengatakan pihaknya melakukan uji coba rudal hipersonik dari kapal selam untuk pertama kalinya, memimpin perlombaan ini.
Di bawahnya ada China dan Amerika Serikat, serta setidaknya lima negara lain sedang menyiapkan senjata hipersonik.
Baca juga: Rusia Uji Coba Zircon, Rudal Hipersonik Baru dari Kapal Selam
Bedanya, rudal balistik terbang tinggi ke angkasa dalam jalur berbentuk busur untuk mencapai target, sedangkan rudal hipersonik terbang pada lintasan rendah di atmosfer, berpotensi mencapai target lebih cepat.
Lalu yang terpenting, rudal hipersonik dapat bermanuver (seperti rudal jelajah yang lebih lambat, biasanya subsonik), membuatnya lebih sulit untuk dilacak dan dicegat.
Meski negara-negara seperti Amerika Serikat telah mengembangkan sistem yang dirancang untuk bertahan melawan rudal jelajah dan balistik, kemampuan untuk melacak dan menjatuhkan rudal hipersonik tetap menjadi pertanyaan.
Rudal hipersonik dapat digunakan untuk membawa hulu ledak konvensional, lebih cepat dan tepat daripada rudal lainnya.
Akan tetapi kapasitas mereka untuk membawa senjata nuklir dapat menambah ancaman suatu negara, dan meningkatkan bahaya konflik nuklir.
Baca juga: Korea Utara Klaim Luncurkan Rudal Hipersonik, Teknologi Militer Mereka Makin Maju
Rusia, China, Amerika Serikat, dan sekarang Korea Utara semuanya melakukan uji coba rudal hipersonik.
Perancis, Jerman, Australia, India, dan Jepang sedang menyiapkan rudal hipersonik, sedangkan Iran, Israel, dan Korea Selatan melakukan penelitian dasar tentang teknologi tersebut, menurut laporan terbaru oleh US Congressional Research Service (CRS) yang dikutip AFP, Senin (4/10/2021).
Peluncuran rudal hipersonik pertama saat kapal selam berada di permukaan, dan berhasil mengenai target uji di Laut Barents. Percobaan kedua diluncurkan saat kapal menyelam 40 meter di bawah permukaan.
China juga secara agresif mengembangkan rudal hipersonik, melihatnya sebagai hal yang penting untuk bertahan melawan keunggulan AS dalam teknologi hipersonik dan lainnya, menurut laporan CRS.
Baik China dan Rusia kemungkinan memiliki kemampuan operasional dengan kendaraan peluncur hipersonik, kata laporan itu.
Kementerian Pertahanan AS memiliki program pengembangan yang agresif yang merencanakan hingga 40 tes selama lima tahun ke depan, menurut sebuah laporan pemerintah.
Pentagon minggu lalu menguji hipersonik bertenaga scramjet, menyebutnya "demonstrasi yang sukses dari kemampuan yang akan membuat rudal jelajah hipersonik menjadi alat yang sangat efektif untuk prajurit kita."
Baca juga: AS Uji Rudal Hipersonik, Melesat 5 Kali Kecepatan Suara
Sementara itu, pengumuman tes rudal hipersonik Korea Utara menunjukkan bahwa mereka masih harus melangkah lebih jauh. Tes tersebut berfokus pada kemampuan manuver dan karakteristik penerbangan.
"Berdasarkan penilaian karakteristiknya seperti kecepatan, itu pada tahap awal pengembangan dan akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk dikerahkan," kata militer Korea Selatan dan AS dalam pernyataan yang dikutip AFP.
Risiko utama adalah tidak mengetahui apakah rudal hipersonik musuh memiliki hulu ledak konvensional atau nuklir.
Selain itu, menggarisbawahi keunggulan rudal hipersonik, laporan CRS mengatakan bahwa sistem pertahanan rudal AS tidak memadai untuk mendeteksi, melacak, dan merespons tepat waktu.
Baca juga: Rusia Uji Coba S-500 Prometheus, Diklaim Bisa Rontokkan Rudal Hipersonik
Cameron Tracy, pakar pengendalian senjata di Universitas Stanford, menyebut rudal hipersonik adalah kemajuan evolusioner.
Ini jelas bukan pengubah permainan, katanya. "Ini perlombaan senjata ... Sebagian besar, ini untuk menunjukkan bahwa senjata apa pun yang dapat dikembangkan orang lain, Anda akan memilikinya terlebih dahulu."
Solusinya, menurut Tracy, adalah memasukkan rudal hipersonik dalam negosiasi pengendalian senjata nuklir, meskipun saat ini Korea Utara dan China bukan bagian dari pakta apa pun.
"Pengembangan senjata ini, perlombaan senjata hipersonik ini, mungkin bukan situasi yang paling stabil. Jadi akan lebih baik untuk bertindak secepat mungkin," pungkas Tracy.
Baca juga: Video Rusia Uji Coba Rudal Hipersonik, Melesat 7 Kali Kecepatan Suara
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.