Kementerian Pertahanan AS memiliki program pengembangan yang agresif yang merencanakan hingga 40 tes selama lima tahun ke depan, menurut sebuah laporan pemerintah.
Pentagon minggu lalu menguji hipersonik bertenaga scramjet, menyebutnya "demonstrasi yang sukses dari kemampuan yang akan membuat rudal jelajah hipersonik menjadi alat yang sangat efektif untuk prajurit kita."
Baca juga: AS Uji Rudal Hipersonik, Melesat 5 Kali Kecepatan Suara
Sementara itu, pengumuman tes rudal hipersonik Korea Utara menunjukkan bahwa mereka masih harus melangkah lebih jauh. Tes tersebut berfokus pada kemampuan manuver dan karakteristik penerbangan.
"Berdasarkan penilaian karakteristiknya seperti kecepatan, itu pada tahap awal pengembangan dan akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk dikerahkan," kata militer Korea Selatan dan AS dalam pernyataan yang dikutip AFP.
Para pakar mengatakan, rudal hipersonik tidak serta merta mengubah keseimbangan nuklir global, tetapi malah menambahkan metode pengiriman baru yang kuat ke triad tradisional pembom, ICBM yang diluncurkan dari darat, dan rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam.
Risiko utama adalah tidak mengetahui apakah rudal hipersonik musuh memiliki hulu ledak konvensional atau nuklir.
Selain itu, menggarisbawahi keunggulan rudal hipersonik, laporan CRS mengatakan bahwa sistem pertahanan rudal AS tidak memadai untuk mendeteksi, melacak, dan merespons tepat waktu.
Baca juga: Rusia Uji Coba S-500 Prometheus, Diklaim Bisa Rontokkan Rudal Hipersonik
Cameron Tracy, pakar pengendalian senjata di Universitas Stanford, menyebut rudal hipersonik adalah kemajuan evolusioner.
Ini jelas bukan pengubah permainan, katanya. "Ini perlombaan senjata ... Sebagian besar, ini untuk menunjukkan bahwa senjata apa pun yang dapat dikembangkan orang lain, Anda akan memilikinya terlebih dahulu."
Solusinya, menurut Tracy, adalah memasukkan rudal hipersonik dalam negosiasi pengendalian senjata nuklir, meskipun saat ini Korea Utara dan China bukan bagian dari pakta apa pun.
"Pengembangan senjata ini, perlombaan senjata hipersonik ini, mungkin bukan situasi yang paling stabil. Jadi akan lebih baik untuk bertindak secepat mungkin," pungkas Tracy.
Baca juga: Video Rusia Uji Coba Rudal Hipersonik, Melesat 7 Kali Kecepatan Suara
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.