Masakado kembali ke Shimsa, tetapi segera kembali berperang, kali ini melawan ayah mertuanya, Yoshikane, serta sepupunya, Sadamori.
Lalu, serangan balik memuncak saat rumah Masakado di Iwai, Provinsi Shimsa diserbu. Pasukan Yoshikane menyerang sebelum fajar dan menjebaknya.
Ajaibnya, Masakado berhasil memukul mundur pasukan Yoshikane dan membunuh lebih dari setengah anak buah mertuanya tersebut.
Setelah itu pada 937, Masakado berhasil mendapatkan surat perintah yang dikeluarkan oleh Dewan Negara yang mengizinkannya untuk menangkap Yoshikane, Mamoru, Sadamori, dan lainnya.
Namun pada awal tahun 938, Masakado menerima panggilan kedua dari Dewan Negara untuk menanyainya tentang perselisihan lain dengan sepupunya, Sadamori. Panggilan itu diabaikan Masakado karena berpegang mandat surat pada 937 M yang artinya melawan Sadamori masih berlaku.
Masakado memimpin pasukannya ke pemerintah provinsi Hitachi untuk menangkap sepupunya Sadamori, tetapi gagal karena ia berhasil melarikan diri sebelum pasukan Masakado tiba. Sadamori berlindung di pegunungan selama beberapa bulan.
Selama 939 M, Taira no Masakado kembali memasuki provinsi Hitachi sebagai kepala pasukan besar. Ia menyerang dan menduduki pemeirntahan provinsi, yang sudah melewaiti batas aturan pengadilan Jepang kuno.
Dia tidak lagi hanya seorang samurai desa dalam persaingan dengan saingan lokal, tetapi seorang pemberontak melawan pengadilan.
Melihat tidak ada cara untuk mundur, Masakado melakukan serangan cepat ke markas besar pemerintah provinsi Shimotsuke, Kozuke, Musashi, Kazusa, Awa, Sagami, Izu dan Shim?sa.
Kemudian, ia mengirim surat kepada pelindungnya, Bupati Fujiwara Tadahira (880-949 M).
Baca juga: 10 Fakta Sejarah Samurai Jepang yang Melegenda
Langkah serangan Taira no Masakado atas provinsi-provinsi timur itu disebutkan dalam Shomonki (kisah perang), sebagai langkah pertama untuk menjadikannya penguasa seluruh wilayah.
Pangeran Okiyo-?, gubernur Musashi dan salah satu pengikut Masakado meyakinkannya dengan usulan berani untuk memproklamasikan diri sebagai kaisar baru Jepang.
Suatu hari, seorang orakel dari Bodhisattva Agung Hachiman meramalkan bahwa Masakado akan dianugerahi takhta kekaisaran.
Hal itu membuat Masakado menjadi semakin ambisius untuk melanjutkan serangan menunjuk istana dan birokrasinya. Lalu, menyusun rencana untuk pembangunan istana kekaisaran baru di Shimsa.
Namun, tak ada satu pun dari proklamasi dan dokumen kekaisaran Jepang menyebutkan Taira no Masakado sebagai "kaisar baru" (shin-o). Selain itu, tak lama kemudian kisah riwayatnya akan berakhir di tangan sepupunya sendiri.
Dalam sebulan setelahnya, pengadilan mengeluarkan dekrit yang menyerukan penangkapan samurai Taira no Masakado dan memerintahkan beberapa prajurit terkenal untuk melakukan tugas itu, di antaranya adalah sepupu dan sekutunya dulu, Sadamori dan Fujiwara Hidesato.
Pada hari ke-14 Februari 940 M, tentara kekaisaran menyusul Masakado di barat laut Provinsi Shimsa.
Pasukan Masakado kalah jumlah lebih dari sepuluh banding satu, sehingga dapat dikalahkan oleh pasukan kekaisaran dengan cepat. Samurai Taira no Masakado dibunuh oleh panah, lalu kepalanya dipenggal.
Pada hari ke-10 Mei 940 M, Hidesato dan Sadamori membawa kepala samurai Masakado ke ibu kota Kyoto untuk dipajang sebagai piala. Kelak kepala Masakado menjadi subjek dari legenda hantu kepala samurai yang terkenal.
Baca juga: Sejarah 3 Samurai yang Dikenal sebagai Pemersatu Jepang
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.