Tapi, dilansir History, guling disebut lahir dari kebudayan Indisch abad ke-18 dengan percampuran budaya Eropa, Indonesia, dan China.
Guling tersebut biasanya hanya digunakan hanya kalangan atas atau orang kaya.
Keberadaan guling ini cukup menarik perhatian bagi orang-orang yang baru datang ke Indonesia.
Salah satunya sejarawan dari AS, Abbot yang datang ke Indonesia.
Ketika dia datang dan akan menginap di salah satu rumah Belanda, dia menemukan guling di atas ranjang.
Dalam tulisannya yang berjudul "A Jaunt in Java" (1857), dia mengatakan bahwa dengan adanya guling di bawah kaki atau tangan mencegah kontak terlalu hangat di kasur.
Baca juga: Tragedi Kebakaran Ruko di Surabaya, Korban Ditemukan Tewas Masih Peluk Guling
Selain itu kenyamanan dalam iklim tropis sangat cocok dengan adanya guling.
Satu guling yang diisi dengan kapas lebih baik dibandingkan guling yang lainnya.
Seorang Jerman bernama Charnay juga merasa kebingungan ketika berada di Jawa dengan adanya guling.
Seorang pelayan kemudian memberitahu untuk menggunakan guling adalah dengan meletakkannya di antara kaki agar keduanya tidak bersatu.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.