Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Negara yang Tenggelam dalam Utang Terbesar pada 2021

Kompas.com - 30/09/2021, 23:27 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Para ekonom mengatakan bahwa suatu negara yang memiliki utang tidak berarti negara itu dijalankan dengan buruk atau tidak stabil secara finansial.

Sebab, kenyataannya beberapa kekuatan ekonomi terbesar dunia memiliki banyak utang.

Namun, ada batas jumlah utang yang sehat dan tidak sehat. Bank Dunia menerbitkan sebuah sttudi pada 2010, yang mengungkapkan bahwa rasio utang terhadap PDB 77 persen adalah titik kritis bagi negara maju, dan 64 persen untuk negara berkembang.

Negara-negara yang bertahan di atas ambang batas rasio tersebut untuk waktu yang lama, mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi yang signifikan.

Melansir Lovemoney.com yang berdasarkan data terbaru Dana Moneter Internasional (IMF) World Economic Outlook (Oktober 2020), berikut negara-negara yang diperhitungkan tenggelam dalam utang terbesar di dunia pada 2021:

Baca juga: POPULER GLOBAL: Wanita Jatuh dari Balkon Saat Berhubungan Seks | 5 Negara Pemberi Utang Terbesar ke AS

1. Jepang: rasio utang 177,08 persen terhadap PDB

Jepang memiliki rasio utang terhadap PDB terbesar di dunia sebesar 177,08 persen.

Pada akhir 1980-an, harga real estat dan pasar saham Jepang sangat meningkat, dan gelembung ekonomi yang dihasilkan meledak pada 1992, yang mengarah ke periode stagnasi keuangan yang dikenal sebagai "Sepuluh Tahun yang Hilang".

Jepang telah tumbuh menjadi ekonomi terbesar ketiga di dunia, tetapi mengalami krisis keuangan global dan sejumlah bencana domestik, seperti gempa bumi dan tsunami 2011, yang merupakan bencana alam paling mahal di dunia.

Kerusakan tersebut menyebabkan kerugian senilai hampir 325 miliar dollar AS (Rp 4.650 triliun), memiliki sedikit kesempatan untuk melunasi hutangnya.

Namun Jepang telah memimpin apa yang disebut "Zoom boom" di antara ekonomi Asia, karena ekonominya dengan cepat bangkit kembali dari resesi yang disebabkan oleh pandemi Covid-19, dengan pertumbuhan 5 persen pada kuartal III 2020.

Baca juga: China Salurkan Utang dan Hibah Rp 12 kuadriliun ke 165 negara: Pemberi Pinjaman yang Baik atau Lintah Darat?

2. Lebanon: rasio utang 167,21 persen terhadap PDB

Lebanon mengumpulkan banyak utang setelah perang saudara 1975-1990, yang banyak disebutkan sebagai penyebab atas kesalahan penanganan keuangan negara oleh pemerintah berturut-turut.

Pemerintah cenderung memprioritaskan untuk memperkaya diri sendiri dari pada menyelesaikan masalah nasional, seperti pemadaman listrik setiap hari dan kurangnya air minum yang aman.

Negara ini berada dalam lingkaran setan utang, dengan pemerintah menghabiskan setengah dari pendapatannya hanya untuk membayar bunga dari pinjaman.

Situasi keuangan di Lebanon kemudian dilumpuhkan lebih jauh tidak hanya oleh wabah Covid-19, tetapi juga oleh ledakan dahsyat di Beirut pada Agustus 2020, yang menewaskan lebih dari 200 orang dan menyebabkan kerusakan infrastruktur kota senilai lebih dari 15 miliar dollar AS (Rp 214,6 triliun).

Saat ini, Lebanon berada dalam krisis ekonomi yang mendalam, dengan utang nasional ditotal 105,9 miliar dollar AS (Rp 1.515 triliun).

Baca juga: Negara Miskin Utang ke China Rp 5,5 Kuadriliun, Proyek Infrastruktur Jebakan Terselubung?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com