Setelah ayahnya meninggal pada 14 Januari 1972, Margrethe yang menangis muncul ke balkon istana.
Dia melambai kepada orang banyak yang berkumpul di bawah untuk mendoakan kesehatan ratu baru mereka.
Dalam tiga dekade sejak itu, popularitasnya melonjak, dan dikatakan bahwa jika dia bukan ratu, dia akan terpilih sebagai presiden.
Selama bulan-bulan musim dingin, dia mengadakan audiensi pribadi dengan tujuh subjeknya setiap dua minggu.
Baca juga: Profil Pemimpin Dunia: Mette Frederiksen, Perdana Menteri Denmark
Dia memberi pengunjungnya kesempatan untuk mendiskusikan topik apa pun yang ingin mereka angkat.
Selain menjadi ratu yang aktif, dia menghadiri pertemuan mingguan dengan pemerintah dan menulis pidatonya sendiri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.