Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Wilayah Jepang Terbagi Antara Kanto dan Kansai?

Kompas.com - 29/09/2021, 17:04 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sementara di wilayah Kansai, kebanyakan taksi adalah warna hitam yang dianggap sesuai dengan suasana wilayah Kanto.

Taksi berwarna hitam digambarkan sebagai taksi yang mewah. Erat kaitannya dengan konsep antar-jemput pelanggan dengan baik.

Baca juga: Bandara Narita Jepang Tutup Landasan gara-gara Ada Kura-kura Menyeberang

Cara berkomunikasi penduduk di wilayah Kansai dan Kanto juga berbeda.

Penduduk di wilayah Kanto, seperti Tokyo, dianggap lebih berhati-hati saat bicara kepada orang lain dan membatasi diri untuk bicara kepada orang asing.

Penyebabnya karena di Tokyo, yang merupakan wilayah Kansai, banyak pendatang dari berbagai daerah.

Di sisi lain, penduduk di wilayah Kansai dianggap lebih ramah dan suka mengobrol dengan siapa saja. Membuat mereka terlihat lebih terbuka dan jujur.

Baca juga: 5 Anime Jepang yang Berdasarkan Legenda Jepang Asli

Hal lain yang membedakan wilayah Kanto dan Kansai adalah pada perbedaan selera makannya.

Orang-orang yang tinggal di wilayah Kanto, lebih menyukai makanan dengan rasa yang kuat dan bumbu yang kental.

Sedangkan makanan yang ada di wilayah Kansai, kebanyakan punya rasa yang tidak terlalu kuat dan bumbu yang ringan.

Contohnya mi yang disajikan di Tokyo memiliki kuah atau kaldu yang sangat kaya bumbu dan kental.

Namun, kuah mi yang disajikan di wilayah Kansai, seperti Kyoto atau Osaka, punya rasa yang ringan dengan kuah yang bening dan tidak terlalu kental.

Baca juga: 5 Senjata Jepang Kuno yang Diadaptasi dalam Anime

Wilayah Kanto lebih banyak mengonsumsi mi jenis soba, sedangkan penduduk Kansai kebanyakan mengonsumsi mi udon.

Wilayah Kansai memang punya struktur tanah yang tidak bisa ditanami padi, maka penduduknya mengonsumsi soba yang tidak dibuat dari olahan beras. Ini amat berbeda dengan Kanto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Internasional
Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Internasional
Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Internasional
Siapa Kelompok-kelompok Pro-Israel di AS?

Siapa Kelompok-kelompok Pro-Israel di AS?

Internasional
Mengenal Kelompok-kelompok Pro-Palestina di AS

Mengenal Kelompok-kelompok Pro-Palestina di AS

Internasional
Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Internasional
Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Internasional
Apa Status Palestina di PBB?

Apa Status Palestina di PBB?

Internasional
Alasan Mogok Kerja Para Dokter di Kenya

Alasan Mogok Kerja Para Dokter di Kenya

Internasional
Posisi Yordania Terjepit Setelah Ikut Tembak Jatuh Rudal Iran

Posisi Yordania Terjepit Setelah Ikut Tembak Jatuh Rudal Iran

Internasional
Asia Tenggara Jadi Tujuan Utama Perdagangan Sampah Impor Ilegal

Asia Tenggara Jadi Tujuan Utama Perdagangan Sampah Impor Ilegal

Internasional
Junta Myanmar Dituding Pakai Warga Rohingya sebagai “Perisai Manusia”

Junta Myanmar Dituding Pakai Warga Rohingya sebagai “Perisai Manusia”

Internasional
Mengapa Banyak Sekali Tentara Rusia Tewas di Ukraina?

Mengapa Banyak Sekali Tentara Rusia Tewas di Ukraina?

Internasional
Kecerdikan dan Kegigihan Hamas dalam Memperoleh Senjata

Kecerdikan dan Kegigihan Hamas dalam Memperoleh Senjata

Internasional
Sosok Uskup Korban Penusukan Dalam Aksi Terorisme di Australia

Sosok Uskup Korban Penusukan Dalam Aksi Terorisme di Australia

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com