Diceritakan dalam sejarah bahwa mulanya Nero adalah pemimpin yang murah hati dan rasional. Dia menghilangkan hukuman mati, menurunkan pajak, mengizinkan orang yang diperbudak mengajukan keluhan terhadap tuan mereka.
Dia juga dikenal suka memberikan bantuan ke kota-kota lain yang sedang dalam krisis.
Namun setelah pembunuhan Agrippina, Nero semakin tenggelam dalam kehidupan hedonis dan tindakan tirani. Dia menghabiskan sejumlah besar uang untuk pengejaran proyek artistik.
Lalu, sekitar tahun 59 M, Nero mulai memberikan pertunjukan publik sebagai penyair dan pemain kecapi. Bagi kelas penguasa Romawi tindakan Nero itu adalah pelanggaran etiket kategori berat.
Pada 62 M, ketika Burrus meninggal dan Seneca pensiun sebagai penasihatnya, Nero semakin menjadi Kaisar Romawi yang jahat.
Nero menceraikan Octavia dan membunuhnya, lalu menikah dengan Poppaea.
Sekitar tahun itu juga mulai muncul desas-desus tentang orang-orang pengkhianat Nero dan Senat Romawi. Sejak itu Nero semakin keras dalam memimpin pemerintahan dan menyikapi segala bentuk ketidaksetiaan atau kritik yang dirasakan.
Nero memerintahkan seorang komandan tentara Kekaisaran Romawi dibunuh karena telah menjelek-jelekkannya di sebuah pesta.
Politisi lain diasingkan ketika ketahuan menulis buku yang memuat komentar negatif tentang Senat. Kemudian, para saingan politik lainnya dieksekusi pada tahun-tahun berikutnya.
Hal itu membuat politik oposisi semakin berkurang dan Nero bisa semakin mengkonsolidasikan kekuasaannya.
Baca juga: Biografi Rumphius, Tokoh Ahli Botani Ambon yang Buta Kelahiran Jerman
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.