KOMPAS.com - Presiden Filipina Ferdinand E. Marcos, meninggal dunia di usia 72 tahun pada 1989 di Honolulu, Hawaii.
Dia dikenal sebagai penguasa Filipina, yang selama lebih dari dua dekade, memiskinkan negaranya.
Arsip The Washington Post menyebut, dirinya seolah mempersonifikasikan korupsi dan keserakahan dalam kekuasaan.
Baca juga: Terbukti Korupsi, Istri Mendiang Ferdinand Marcos Terancam Dibui
St Francis Medical Center di Honolulu, jadi saksi meninggalnya Marcos, yang telah berada di rumah sakit selama sembilan bulan.
Dia menderita lupus eritematosus sistemik, gangguan ginjal degeneratif yang dapat menyebarkan peradangan ke organ vital lainnya.
Diam-diam, dia sudah menjalani dua transplantasi ginjal. Dia juga menderita penyakit jantung dan paru-paru, radang paru-paru, dan infeksi bakteri.
Semasa hidup, Marcos adalah seorang otokrat dan politisi ulung yang menggunakan tata negara yang cerdik.
Ini ditambah kharisma pribadi, ketampanan masa muda, pidato bersuara bariton, dan kadang-kadang, represi kejam untuk mempertahankan cengkeraman besinya di kepulauan Filipina yang luas.
Namun pada akhirnya, Marcos meninggal bukan sebagai sosok yang kuat, tetapi sosok yang menyedihkan--sakit-sakitan, didiskreditkan dan dipermalukan.
Baca juga: Biografi Tokoh Dunia: Ferdinand Marcos, 21 Tahun Berkuasa di Filipina
Dia diasingkan ke pengasingan yang nyaman tetapi memalukan di Hawaii setelah digulingkan dalam "revolusi kekuatan rakyat" pada Februari 1986.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.