Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Marie Antoinette, Ikon Kecantikan Wanita Zaman Kerajaan Perancis yang Tewas Dipenggal

Kompas.com - 23/09/2021, 05:24 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Berbalut gaun putih polos sederhana, dengan rambut yang telah dicukur, Marie Antoinette di arak menuju guillotine di Place de la Revolution pada 16 Oktober 1793, yang disaksikan oleh rakyat yang mengutuknya.

Beberapa menit sebelum kematiannya, Marie Antoinette tidak sengaja menginjak kaki Charles Henri Sanson, seorang algojo yang telah memenggal kepala suaminya 10 bulan sebelumnya.

Antoinette berkata lirih, "Maafkan saya tuan, saya tidak bermaksud." Itulah kata-kata terakhirnya.

Sesaat kemudian, pedang guillotine menebas kepala Marie Antoinette, dan Sanson mengacungkan kepalanya di hadapan banyak orang yang serentak berteriak, "Vive la Republique!" yang artinya, "Hidup Republik!"

Mayatnya dikuburkan tak bertanda.

Demikian akhir kisah hidup yang tragis dari Marie Antoinette, ratu terakhir Perancis yang menjadi ikon kecantikan para wanita bangsawan semasa hidupnya.

Namun, bagaimana kisah semasa hidup Marie Antoinette yang menjadi ikon kecantikan di Kerajaan Perancis? Berikut Kompas.com merangkumnya yang melansir berbagai sumber:

Baca juga: Kisah Ella Harper, Gadis Unta Penghibur di Panggung Sirkus

Marie Antoinette, sang putri cantik dari Austria

Ilustrasi Marie Antoinette di masa belia. [Via  Wikiemdia Commons]Via Wikiemdia Commons Ilustrasi Marie Antoinette di masa belia. [Via Wikiemdia Commons]

Pada 2 November 1755 di Wina, Austria, seorang putri bangsawan lahir dengan nama Maria Antonia Josepha Joanna von sterreich-Lotgringen, yang akrab dikenal Marie Antoinette.

Ia adalah putri ke-11 dari Permaisuri Austria Maria Theresa dan suaminya, Kaisar Romawi Suci Francis I.

Antoinette kecil adalah pribadi yang riang. Ia mendapatkan pendidikan khas gadis bangsawan Austria abad ke-18, dan berfokus pada prinsip agama dan moral.

Beranjak remaja, Marie Antoinette dinikahkan dengan pewaris takhta Perancis, Louis XVI.

Pernikahan mereka adalah kesepakatan politik untuk mengakhiri konflik dan memperkuat aliansi untuk melawan kekuatan Prusia yang semakin besar.

Segera setelah kesepakatan pernikahan para orang tua itu, Marie Antoinette belajar tentang adab Perancis dari guru yang dikirim ke Austria oleh Raja Louis XV.

Guru Antoinette memuji kemampuan belajar putri Austria itu, mengatakan dia "lebih cerdas dari pada dugaannya secara umum".

Namun, ada kebiasaan buruk dari remaja ini, katanya, "Dia agak malas dan ceroboh, dia sulit diberitahu."

Namun lebih dari kemampuan belajarnya, hal yang menonjol dari Marie Antoinette adalah pesona kecantikannya. 

Marie Antoinette, remaja belia yang saat itu berusia 14 tahun memiliki kecantikan yang terpancar dari wajahnya yang rupawan dengan mata abu-abu kebiruan dan rambut pirang keabu-abuan.

Pada Mei 1770, putri Austria itu berangkat ke Perancis untuk menikah dengan dikawal 57 kereta kuda, 117 pejalan kaki, dan 376 pasukan berkuda, seperti yang dikutip dari Biography.

Marie Antoinette dan Louis XVI menikah pada 16 Mei 1770, yang berjalan tak mudah.

Baca juga: Satu Sepatu Sutra Marie Antoinette Ratu Terakhir Perancis Dilelang Mulai Rp 113 Juta

Marie Antoinette, si pengantin belia

Marie Antoinette yang berusia belia tidak mudah untuk segera menyesuaikan diri dengan kehidupan pernikahan di negara orang.

Sebentar di sana, ia sudah sangat rindu rumah dan kehidupannya di Austria. Ia mengirimi ibunya surat yang mengkritik.

"Nyonya, ibuku tersayang," tulisnya dalam satu surat, seperti yang dikutip dari Biography.

"Aku belum menerima satu pun suratmu yang tersayang tanpa air mata yang menetes," tegurnya,

Dia juga marah pada beberapa ritual yang dia perkirakan untuk dilakukan sebagai seorang wanita dari keluarga Kerajaan Perancis.

"Saya memakai pemerah pipi dan mencuci tangan saya di depan seluruh dunia," keluhnya, mengacu pada ritual di mana dia diminta untuk merias wajah di depan puluhan abdi dalem.

Louis XV meninggal pada 1774, dan Louis-Auguste menggantikannya ke tahta Perancis sebagai Louis XVI, menjadikan Marie Antoinette, pada usia 19 tahun, sebagai ratu Perancis.

Kepribadian Louis XVI dan Marie Antoinette sangat berbeda.

Louis XVI introvert, pemalu dan ragu-ragu, pecinta kesenangan menyendiri, seperti membaca. Sedangkan, Marie Antoinette adalah pribadinya lincah, ramah, dan berani, kupu-kupu sosial yang menyukai perjudian, pesta, dan mode mewah.

Ketika raja pergi tidur sebelum tengah malam, pesta dan pesta malam Marie Antoinette belum dimulai. Ketika Marie Antoinette bangun tepat sebelum tengah hari, raja telah bekerja selama berjam-jam, menurut catatan Biography.

Setelah itu, beredar kabar bahwa Marie Antoinette dan Louis XVI belum menunaikan pernikahan mereka.

Jadi Permaisuri Maria Theresa segera mengirim putranya, kakak laki-laki Marie Antoinette, Joseph II, ke Perancis untuk bertindak sebagai semacam penasihat pernikahan. Apa pun nasihatnya itu berhasil.

Pada 1778, Marie Antoinette melahirkan putrinya, Marie-Thérèse-Charlotte.

Namun mulai 1780, Marie Antoinette menghabiskan lebih banyak waktu di Petit Trianon, kastil pribadinya di halaman Istana Versailles, hampir selalu tanpa raja.

Baca juga: 10 Rahasia Kecantikan Para Wanita Zaman Kuno dari Masker Daging Mentah hingga Air Seni

Marie Antoinette, ikon kecantikan Perancis

Versasilles adalah pusat kekuatan politik dan juga pusat mode Perancis. Sejak masa pemerintahan Louis XIV, bangsawan selalu melihat ke Versasilles untuk mengetahui apa yang tidak boleh dipakai, seperti yang dilansir dari National Geographic.

Pengadilan Perancis telah diatur oleh aturan ketat yang menetukan jenis rok, kain, dan aksesoris yang tepat untuk dikenakan untuk setiap musim, waktu, dan acara.

Ketika sang putri muda melakukan perjalanan dari Austria ke Perancis untuk menikah, rombongannya berhenti di perbatasan antara kedua negara.

Di sana, Marie Antoinette dilucuti semua pakaiannya dan didandani dengan pakaian buatan Perancis. Ritual itu menandakan transformasinya dari putri Austria menjadi putri Perancis.

Setelah menjadi Ratu Perancis pada 1774, Marie Antoinette memiliki hasrat terhadap perkembangan mode kecantikan.

Antusiasmenya terhadap kecantikan didukung dengan Versailles sebagai pusat mode Perancis kala itu, membuat Marie Antoinette mudah menjadi ikon kecantikan.

Pada abad ke-18, adalah ambisi setiap wanita bangsawan untuk tampil mengesankan di istana dengan pakaiannya, dan itu tidak mudah.

Tekanan konsumsi yang mencolok di Versailles, dan aturan etiket mode yang rumit, mendikte bahwa wanita bangsawan Perancis tidak boleh mengenakan pakaian yang sama lebih dari sekali, setidaknya ketika tanpa modifikasi yang dipilih dengan cermat dan mahal.

Hal itu yang mungkin mendorong Marie Antoinette lebih boros menghamburkan uangnya untuk tampil cantik dan mengesankan sebagai Ratu Perancis dan ikon kecantikan.

Namun, hal itu juga yang mengantarkannya pada kisah kematian yang tragis.

Marie Antoinette dan julukannya "Nyonya Defisit"

Selama 1780-an, pamflet yang tak terhitung jumlahnya menuduh Marie Antoinette melakukan kebodohan, pemborosan dan perzinahan, beberapa menampilkan kartun cabul dan yang lain menjulukinya "Nyonya Defisit".

Marie Antoinette dijuluki "Nyonya Defisit" karena gaya hidupnya yang suka bermewah-mewahan. Ia sering berjudi, berpesta, dan membeli barang-barang mahal, sementara rakyat jelata Perancis menderita karena kondisi ekonomi yang buruk.

Pada saat itu, pemerintah Perancis sedang mengalami gejolak keuangan, dan panen yang buruk menaikkan harga biji-bijian di seluruh negeri, membuat gaya hidup Marie Antoinette yang luar biasa boros menjadi bahan kemarahan rakyat.

Meski dikenal sembrono terhadap uang, ada sisi lain dari Marie Antoinette disebutkan All Thats Interesting, bahwa ia juga dikenal baik hati untuk masalah kemanusiaan. Ia mengadobsi beberapa anak yang kurang beruntung.

Seorang dayang dan teman dekat bahkan mengenang Marie Antoinette, "Dia sangat senang berbuat baik dan tidak suka melewatkan setiap kesempatan untuk berbuat baik."

Pada 1785, skandal kalung berlian membuat reputasi Marie Antoinette benar-benar hancur.

Seorang pencuri yang menyamar sebagai utusan Marie Antoinette mengambil kalung berlian 647 karat, dan menyelundupkannya ke London untuk dijual berkeping-keping.

Meskipun Marie Antoinette tidak bersalah atas keterlibatan apa pun, dia tetap bersalah di mata orang-orang.

Menolak untuk membiarkan kritik publik mengubah perilakunya, pada 1786 Marie Antoinette mulai membangun Hameau de la Reine, tempat peristirahatan yang mewah di dekat Petit Trianon di Versailles.

Baca juga: Kisah Alfred Zech: Prajurit Muda Hitler, Bertempur sejak Usia 12 tahun

Marie Antoinette dan lahirnya Revolusi Perancis

Pada awal 1789, sebelum pecahnya Revolusi Perancis, ada cerita bahhwa Marie Antoinette mengatakan sesuatu yang semakin menyakitkan hati rakyat jelata.

"Qu'ils mangent de la brioche", yang artinya "Biarkan mereka makan kue," begitu ucapan ejekan Marie Antoinette kepada rakyat miskinnya, menurut rumor yang beredar dalam sejarah kala itu.

Brioche menjadi jenis roti Perancis yang mewah saat itu.

Namun, tidak ada bukti bahwa Marie Antoinette benar-benar mengucapkan kata-kata itu.

(Sejarawan umumnya setuju bahwa komentar tak berperasaan seperti itu sangat tidak seperti ratu Perancis. Terlepas dari gaya hidupnya yang mewah, Marie Antoinette memberi untuk amal dan memiliki belas kasih untuk kelas bawah negaranya.)

Ketika dorongan revolusi semakin berkobar, pada 14 Juli 1789, 900 pekerja dan petani Perancis menyerbu penjara Bastille untuk mengambil senjata dan amunisi, menandai dimulainya Revolusi Perancis.

Para warga juga membebaskan tahanan politik dari simbol kekuasaan "Ancien Regime", saat Raja Louis XVI memberikan dukungan materil kepada Amerika, yang justru menempatkan Perancis ke dalam depresi ekonomi.

Peristiwa itu terjadi sebulan setelah Raja dan Ratu Perancis itu berduka karena putra sulunganya, Louis Joseph Xavier Francois, meninggal pada Juni 1789.

Pada 6 Oktober 1789, kerumunan yang diperkirakan berjumlah 10.000 orang berkumpul di luar Istana Versailles dan menuntut agar raja dan ratu dibawa ke Paris.

Di Istana Tuileries di Paris, Louis XVI yang sudah goyah, bingung dengan kondisi yang dihadapinya.

Saat itu Marie Antoinette segera berusaha untuk mengatasi dengan bertemu para penasihat dan duta besar, lalu mengirimkan surat mendesak kepada penguasa Eropa lainnya, memohon mereka untuk membantu menyelamatkan monarki Perancis.

Keluarga Kerajaan Perancis sempat berusaha melarikan diri pada Juni 1791, tetapi mereka ditangkap ketika sampai Varennes, dan dikembalikan ke Paris.

Marie Antoinette bertekad tidak akan melarikan diri dari Perancis, tenpa suami dan anak-anaknya, yaitu Marie-Therese-Charlotte, Louis Charles, serta Sophie Helena Beatrice de France.

Pada September 1791, Raja Louis XVI setuju untuk menegakkan konstitusi baru yang dirancang oleh Majelis Nasional Konstituante sebagai imbalan untuk mempertahankan setidaknya kekuatan simbolisnya.

Namun, pada musim panas 1792, dengan Perancis berperang dengan Austria dan Prusia, pemimpin Jacobin radikal yang semakin kuat, Maximilien de Robespierre, menyerukan pengggulingan raja.

Pada September 1792, setelah satu bulan pembantaian yang mengerikan di Paris, Konvensi Nasional menghapuskan monarki, mendeklarasikan pembentukan Republik Perancis, lalu menangkap raja dan ratu.

Baca juga: Kisah Giulia Tofana, Penjual Racun Kejam di Roma Era 1600-an

Akhir hidup Marie Antoinette

Sebuah lukisan yang menggambarkan proses eksekusi Ratu Perancis Marie Antoinette pada 16 Oktober 1793.Wikipedia Sebuah lukisan yang menggambarkan proses eksekusi Ratu Perancis Marie Antoinette pada 16 Oktober 1793.

Pada Januari 1793, republik baru Perancis yang radikal tersebut mengadili Raja Louis XVI, menghukumnya karena pengkhianatan dan menjatuhkan hukuman mati. Pada 21 Januari 1793, dia diseret ke guillotine dan dieksekusi.

Pada 2 Agustuss 1793, Marie Antoinette tiba di Conciergerie di Penjara Kuil, Paris, pada pukul 03.00 pagi, setelah dipisahkan oleh Marie-Thérèse, dan saudara iparnya, Madame Elisabeth.

Dua setengah bulan sebelum persidangan dan eksekusinya, Marie Antoinette menghabiskan waktu di tahanan di ruang bawah tanah yang bising, berjamur yang berbau asap pipa, urin tikus, dan sanitasi yang buruk, seperti yang dikutip dari History Extra.

Pada 14 Oktober 1793, Marie Antoinette mendengarkan keputusan bahwa dirinya bersalah atas semua dakwaan dan dijatuhi hukuman mati, pada 16 Oktober 1793, oleh dewan juri yang semuanya pria.

Marie Antoinette diseret ke Pengadilan Revolusioner dengan tuduhan pengkhianatan, pencurian perbendaharaan kerajaan, serta pelecehan seksual terhadap putranya sendiri.

Mengutip All Thats Interesting, persidangan dibuka dengan kejutan dengan jaksa Fouquier-Tinville mengatakan bahwa putra Marie Antoinette yang berusia 8 tahun, Louis Charles mengaku telah berhubungan seks dengan ibu dan bibinya.

(Pada kenyataannya, sejarawan percaya bahwa jaksa mengarang cerita).

Dikatakan karena sangat terkejut dituduh telah melecehkan putranya sendiri, dalam semalam rambut Marie Antoinette yang saat itu berusia 38 tahun, tiba-tiba memutih.

Di kemudian hari, kondisi itu dinamakan Sindrom Marie Antoinette untuk menggambarkan fenomena medis yang langka, yang membuat rambut tiba-tiba memutih.

“Saya adalah seorang ratu, dan Anda mengambil mahkota saya; seorang istri, dan Anda membunuh suami saya; seorang ibu, dan Anda merampas anak-anak saya. Hanya darahku yang tersisa, ambillah, tetapi jangan membuatku menderita lama-lama,” kata-kata ini dilaporkan diucapkan oleh Marie Antoinette, setelah jaksa membacakan dakwaannya.

Sehari sebelum kematiannya, dikatakan bahwa Marie Antoinette menulis surat kepada saudara iparnya, Elizabeth.

“Saya menulis surat kepada Anda, saudara perempuan saya, untuk terakhir kalinya. Saya telah dikutuk, bukan untuk kematian yang memalukan, tetapi untuk pergi dan bergabung kembali dengan saudara Anda."

"Tidak bersalah seperti dia, saya berharap untuk menunjukkan ketegasan yang sama, seperti yang dia lakukan di saat-saat terakhirnya."

Saya sangat sedih meninggalkan anak-anak saya yang malang; Anda tahu bahwa saya ada, tetapi untuk mereka dan Anda, Anda yang dengan rasa persahabatan Anda mengorbankan segalanya untuk bersama kami,” demikiannya sepenggal kata-kata wasiat dari ratu terakhir Perancis.

Ketika Marie Antoinette telah menyelesaikan surat itu, dia menciuminya berulang kali. Kemudian surat itu ia lipat, tanpa menyegelnya, dan memberikannya kepada pelayan penjara, Warden Bault.

Namun, penjaga yang berjaga di luar sel menyita surat itu dan membawanya ke jaksa Fouquier-Tinville. Elisabeth tidak akan pernah menerima wasiat terakhir dari ratu Marie Antoinette.

Keesokan harinya 16 Oktober 1793, algojo Sanson datang untuk memotong rambut Marie Antoinette yang tiba-tiba memutih setelah putusan persidangan diumumkan.

Pukul 12.30, ratu terakhir Perancis dieksekusi dengan guillotine di Place de la Revolution yang disaksikan rakyatnya yang mengutuknya.

 

Baca juga: 8 Kisah Menarik Soal Alexander Agung, Murid Aristoteles hingga Jasad yang Diawetkan di Tong Madu

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com