Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Marie Antoinette, Ikon Kecantikan Wanita Zaman Kerajaan Perancis yang Tewas Dipenggal

Kompas.com - 23/09/2021, 05:24 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Peristiwa itu terjadi sebulan setelah Raja dan Ratu Perancis itu berduka karena putra sulunganya, Louis Joseph Xavier Francois, meninggal pada Juni 1789.

Pada 6 Oktober 1789, kerumunan yang diperkirakan berjumlah 10.000 orang berkumpul di luar Istana Versailles dan menuntut agar raja dan ratu dibawa ke Paris.

Di Istana Tuileries di Paris, Louis XVI yang sudah goyah, bingung dengan kondisi yang dihadapinya.

Saat itu Marie Antoinette segera berusaha untuk mengatasi dengan bertemu para penasihat dan duta besar, lalu mengirimkan surat mendesak kepada penguasa Eropa lainnya, memohon mereka untuk membantu menyelamatkan monarki Perancis.

Keluarga Kerajaan Perancis sempat berusaha melarikan diri pada Juni 1791, tetapi mereka ditangkap ketika sampai Varennes, dan dikembalikan ke Paris.

Marie Antoinette bertekad tidak akan melarikan diri dari Perancis, tenpa suami dan anak-anaknya, yaitu Marie-Therese-Charlotte, Louis Charles, serta Sophie Helena Beatrice de France.

Pada September 1791, Raja Louis XVI setuju untuk menegakkan konstitusi baru yang dirancang oleh Majelis Nasional Konstituante sebagai imbalan untuk mempertahankan setidaknya kekuatan simbolisnya.

Namun, pada musim panas 1792, dengan Perancis berperang dengan Austria dan Prusia, pemimpin Jacobin radikal yang semakin kuat, Maximilien de Robespierre, menyerukan pengggulingan raja.

Pada September 1792, setelah satu bulan pembantaian yang mengerikan di Paris, Konvensi Nasional menghapuskan monarki, mendeklarasikan pembentukan Republik Perancis, lalu menangkap raja dan ratu.

Baca juga: Kisah Giulia Tofana, Penjual Racun Kejam di Roma Era 1600-an

Akhir hidup Marie Antoinette

Pada Januari 1793, republik baru Perancis yang radikal tersebut mengadili Raja Louis XVI, menghukumnya karena pengkhianatan dan menjatuhkan hukuman mati. Pada 21 Januari 1793, dia diseret ke guillotine dan dieksekusi.

Pada 2 Agustuss 1793, Marie Antoinette tiba di Conciergerie di Penjara Kuil, Paris, pada pukul 03.00 pagi, setelah dipisahkan oleh Marie-Thérèse, dan saudara iparnya, Madame Elisabeth.

Dua setengah bulan sebelum persidangan dan eksekusinya, Marie Antoinette menghabiskan waktu di tahanan di ruang bawah tanah yang bising, berjamur yang berbau asap pipa, urin tikus, dan sanitasi yang buruk, seperti yang dikutip dari History Extra.

Pada 14 Oktober 1793, Marie Antoinette mendengarkan keputusan bahwa dirinya bersalah atas semua dakwaan dan dijatuhi hukuman mati, pada 16 Oktober 1793, oleh dewan juri yang semuanya pria.

Marie Antoinette diseret ke Pengadilan Revolusioner dengan tuduhan pengkhianatan, pencurian perbendaharaan kerajaan, serta pelecehan seksual terhadap putranya sendiri.

Mengutip All Thats Interesting, persidangan dibuka dengan kejutan dengan jaksa Fouquier-Tinville mengatakan bahwa putra Marie Antoinette yang berusia 8 tahun, Louis Charles mengaku telah berhubungan seks dengan ibu dan bibinya.

(Pada kenyataannya, sejarawan percaya bahwa jaksa mengarang cerita).

Dikatakan karena sangat terkejut dituduh telah melecehkan putranya sendiri, dalam semalam rambut Marie Antoinette yang saat itu berusia 38 tahun, tiba-tiba memutih.

Di kemudian hari, kondisi itu dinamakan Sindrom Marie Antoinette untuk menggambarkan fenomena medis yang langka, yang membuat rambut tiba-tiba memutih.

“Saya adalah seorang ratu, dan Anda mengambil mahkota saya; seorang istri, dan Anda membunuh suami saya; seorang ibu, dan Anda merampas anak-anak saya. Hanya darahku yang tersisa, ambillah, tetapi jangan membuatku menderita lama-lama,” kata-kata ini dilaporkan diucapkan oleh Marie Antoinette, setelah jaksa membacakan dakwaannya.

Sehari sebelum kematiannya, dikatakan bahwa Marie Antoinette menulis surat kepada saudara iparnya, Elizabeth.

“Saya menulis surat kepada Anda, saudara perempuan saya, untuk terakhir kalinya. Saya telah dikutuk, bukan untuk kematian yang memalukan, tetapi untuk pergi dan bergabung kembali dengan saudara Anda."

"Tidak bersalah seperti dia, saya berharap untuk menunjukkan ketegasan yang sama, seperti yang dia lakukan di saat-saat terakhirnya."

Saya sangat sedih meninggalkan anak-anak saya yang malang; Anda tahu bahwa saya ada, tetapi untuk mereka dan Anda, Anda yang dengan rasa persahabatan Anda mengorbankan segalanya untuk bersama kami,” demikiannya sepenggal kata-kata wasiat dari ratu terakhir Perancis.

Ketika Marie Antoinette telah menyelesaikan surat itu, dia menciuminya berulang kali. Kemudian surat itu ia lipat, tanpa menyegelnya, dan memberikannya kepada pelayan penjara, Warden Bault.

Namun, penjaga yang berjaga di luar sel menyita surat itu dan membawanya ke jaksa Fouquier-Tinville. Elisabeth tidak akan pernah menerima wasiat terakhir dari ratu Marie Antoinette.

Keesokan harinya 16 Oktober 1793, algojo Sanson datang untuk memotong rambut Marie Antoinette yang tiba-tiba memutih setelah putusan persidangan diumumkan.

Pukul 12.30, ratu terakhir Perancis dieksekusi dengan guillotine di Place de la Revolution yang disaksikan rakyatnya yang mengutuknya.

 

Baca juga: 8 Kisah Menarik Soal Alexander Agung, Murid Aristoteles hingga Jasad yang Diawetkan di Tong Madu

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com