Kemudian sekembalinya Mansa Musa I dari Mekkah, ia membawa beberapa cendikiawan Islam, termasuk keturunan langsung nabi Muhammad, lalu seorang penyair dan arsitek Andalusia bernama Abu Es Haq es Saheli.
Abu Es Haq es Saheli inilah yang secara luas dianggap sebagai perancang masjid Djinguereber yang terkenal di Timbuktu, Mali.
Mengutip BBC, Mansa Musa I dilaporkan membayar Abu Es Haq es Saheli dengan 440 pon emas, jika dikonversi dengan nilai mata uang saat ini mungkin bisa sampai 8,2 juta dollar AS (Rp 116,8 miliar).
Baca juga: 10 Pemimpin Terhebat dalam Sejarah Peradaban Dunia dari Alexander Agung hingga Raja Tut
Pendiri Amazon Jeff Bezos adalah orang terkaya di dunia, menurut daftar miliarder Forbes 2019 yang dirilis pekan ini. Dengan kekayaan diperkirakan 131 miliar dollar AS (Rp 1,865 triliun), dia adalah orang terkaya dalam sejarah modern.
Diyakini, Bezos sama sekali bukan orang terkaya sepanjang masa, melainkan Mansa Musa I yang dianggap sebagai orang terkaya sepanjang masa.
Mansa Musa I "lebih kaya dari yang bisa digambarkan siapa pun", Jacob Davidson menulis tentang raja Afrika untuk Money.com pada tahun 2015.
Pada 2012, situs web AS Celebrity Net Worth memperkirakan kekayaan Mansa Musa I mencapai 400 dollar AS miliar (Rp 5,697 triliun), tetapi sejarawan ekonomi berpendapat bahwa kekayaannya tidak mungkin untuk dijabarkan ke dalam angka.
Mali memiliki kekayaan alam yang luar biasa, dan menjadi pusat perdagangan di Afrika. Garam merupakan komoditas utama yang diperdagangkan dari utara, sedangkan dari selatan emas dan gading.
Kekayaan Kekaisaran Mali meningkat pesat berkat pajak perdagangan, pertambangan, dan emas yang dikuasai Mali, belum lagi dari pengenaan upeti dari suku-suku yang ditaklukkan.
Baca juga: Hatshepsut: Firaun Wanita Paling Sukses yang Berusaha Dihapus dalam Sejarah Mesir Kuno
Mansa Musa I dari Mali dengan demikian menjadi sangat kaya, bahkan mungkin orang terkaya sepanjang masa.
Di bawah pemerintahan Mansa Musa I, Kekaisaran Mali mencaplok 24 kota, termasuk Timbuktu.
Kerajaan membentang sekitar 2.000 mil, dari Samudra Atlantik sampai ke Niger modern, mengambil bagian dari apa yang sekarang menjadi Senegal, Mauritania, Mali, Burkina Faso, Niger, Gambia, Guinea-Bissau, Guinea dan Pantai Gading.
Pada akhir abad ke-14, Mansa Musa I telah digambar dalam Catalan Atlas 1375, sumber penting bagi navigator Eropa Abad Pertengahan.
Dibuat oleh kartografer Spanyol Abraham Cresques, atlas tersebut menggambarkan Musa duduk di atas takhta dengan mahkota emas, lalu sedang membawa bongkahan emas di tangan kanan dan tongkat emas di tangan kirinya.
Timbuktu menjadi "El Dorado" Afrika dan orang-orang datang dari daerah yang dekat dan jauh untuk melihat sekilas kekayaan Kekaisaran Mali.
Pada abad ke-19, kota ini masih kental diselimuti mitos sebagai kota emas yang hilang di ujung dunia, suar bagi pemburu dan penjelajah Eropa, dan hal itu sebagian besar disebabkan oleh eksploitasi Mansa Musa 500 tahun sebelumnya pada emas.
Baca juga: Raja Tut: Pemimpin Mesir Kuno yang Berusia Pendek dan Makam Kutukannya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.