Mansa Musa I diyakini telah menaklukkan 24 kota dan desa-desa tetangga selama masa pemerintahannya untuk memperluas wilayah kekaisarannya lebih dari 2000 mil, yang meliputi bagian Nigeria, Ethiopia, Chad, dan Gambia di samping batas-batas asli kekaisarannya.
Selama masa kekuasaannya, Mansa Musa I mengadopsi banyak gelar, seperti "Emir of Melle", "Lord of the Mines of Wangara", dan "Conqueror of Ghanata".
Kekaisaran Mali tidak pernah menguasai wilayah atau sumber daya alam yang begitu besar di bawah penguasa penerus Mansa Musa I.
Untuk mengatur dengan lebih baik wilayah yang luas tersebut yang berisi banyak suku dan kelompok etnis, Mansa Musa I membagi kekaisarannya menjadi provinsi-provinsi yang masing-masing diperintah oleh seorang gubernur (farba) yang ditunjuk secara pribadi olehnya.
Administrasi lebih ditingkatkan dengan catatan yang lebih besar disimpan dan dikirim ke kantor-kantor pemerintah terpusat di Niani, ibu kota Mali.
Mali memiliki kekayaan alam yang luar biasa, sehingga menjadi pusat perdagangan di Afrika. Garam merupakan komoditas utama yang diperdagangkan dari utara, sedangkan dari selatan emas dan gading.
Kekayaan negara Mali meningkat berkat pajak perdagangan, pertambangan, dan emas yang dikuasai Mali, serta pengenaan upeti dari suku-suku yang ditaklukkan.
Mansa Musa I dari Mali dengan demikian menjadi sangat kaya, bahkan mungkin orang terkaya dalam sejarah.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Terbentuknya VOC, Perusahaan Terbesar dan Terkaya di Dunia
Kekaisaran Mali yang memeluk Islam memainkan peran penting dalam penyebaran Islam di seluruh Afrika Barat.
Penduduk lokal atau setidaknya perkotaan, banyak kemudian memeluk agama Islam, yang menciptakan komunitas yang kemudian menarik ulama Muslim dari utara, memperkuat agama Islam di wilayah tersebut.
Para pemimpin lokal bahkan akan melakukan ziarah ke tempat-tempat suci Islam.
Pada 1324, Mansa Musa I melakukan perjalanan ke Mekkah untuk ziarah haji. Namun, ia tidak pergi sendiri.
Perjalanan Mansa Musa I ke Mekkah yang menempuh jarak kira-kira 4.000 mil itu diiringi karavan yang mencakup puluhan ribu tentara, budak, dan bentara.
Tidak hanya itu, Mansa Musa I dengan jubah sutra Persia dan tongkat emasnya, membawa serta ratusan pon emas.
Rombongan Mansa Musa I menuju Mekkah seketika menarik perhatian dan dampak kepada penduduk setempat wilayah yang dilewati.
Ketika tiba di Kairo, Mansa Musa I sempat diundang untuk bertemu dengan Sultan Kairo, Shihab Al-Malik Al-Nasir.
Menurut teks dari sejarawan kuno, Shihab Al-Umari, Mansa Musa I disambut di Kairo oleh bawahan Al-Nasir, yang mengundangnya untuk bertemu dengan sesama raja.
Mansa Musa I menolak usul itu, mengklaim bahwa dia hanya melewati Kairo untuk ziarah ke Mekkah. Namun akhirnya, ia terpaksa menerima undangan itu karena terus didesak oleh bawahan Al-Nasir.
Pertemuan itu sedikit panas ketika Musa menolak untuk mencium kaki Sultan Al-Nasir, sesaat menjadi tenang setelah Musa memilih untuk menyapa al-Nasir dengan benar.
Setelah percakapan antara kedua pria itu, Al-Nasir menawarkan penginapan kepada Mansa Musa I dan semua orang yang menemaninya.