Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Raja Tut: Pemimpin Mesir Kuno yang Berusia Pendek dan Makam Kutukannya

Kompas.com - 13/09/2021, 09:22 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Sekitar tahun 1920-an beredar kabar tentang kutukan Raja Tut, sebutan Raja Tutankhamun dari Mesir.

Kabar kutukan Raja Tut santer terdengar setelah seorang bangsawan Inggris dan ahli Mesir Kuno amatir, George Herbert atau Lord Carnarvon kelima meninggal.

Bangsawan itu membantu membiayai pencarian makam Raja Tut yang dilakukan oleh Howard Carter. Ia juga secara seremonial ikut membuka ruang pemakaman firaun muda itu di Lembah Para Raja Mesir.

Baca juga: 10 Pemimpin Terhebat dalam Sejarah Peradaban Dunia dari Alexander Agung hingga Raja Tut

Melansir Livescience.com, Carnarvon meninggal pada 5 April 1923. Kematiannya, secara luas dianggap sebagai misteri dan dengan cepat dikaitkan dengan kutukan Raja Tut.

Namun menurut penelitian bahwa Raja Tut mengalami infeksi gangren pada usia 19 tahun sebelum kematiannya. Gangrene adalah kondisi matinya jaringan tubuh akibat tidak mendapat pasokan darah yang cukup.

Disebutkan oleh History, infeksi gangren yang dialami Raja Tut itu kemungkinan disebabkan oleh patah kaki.

Studi lain pada 2010 tentang DNA Tutankhamun ditemukan bahwa dia menderita malaria dan cacat, membutuhkan tongkat untuk berjalan, yang dapat mempercepat risiko jatuh dan memperburuk infeksi kakinya.

Pada 26 November 1922, makam Raja Tut ditemukan dan pada 16 Februari 1923 makamnya dibuka.

Sejak makam Raja Tutankhamun ditemukan di Lembah Para Raja Mesir, beredar cerita bahwa mereka yang berani melanggar tempat peristirahatan terakhir raja muda itu akan menghadapi kutukan yang mengerikan.

Baca juga: Fakta Unik Mesir Kuno, dari Raja Wanita hingga Obat Tak Lazim

Ide kutukan diperkuat dengan tren cerita di surat kabar dan buku fiksi, seperti buku karya Sir Arthur Conan Doyle, yang menulis bahwa peri itu nyata.

Pada saat itu, sudah banyak orang yang mencoba dengan beragam cara untuk membuka makam Tutankhamun, mulai dari penjaga keamanan hingga arkeolog.

Dari sekian banyak orang itu, secara kebetulan mengalami kematian tak diduga orang luar hingga bisa dikaitkan dengan kutukan Raja Tut.

Menurut British Medical Journal yanag dilansir dari History, yang melakukan penelitian pada 2002 tentang tingkat kelangsungan hidup 44 orang Barat yang diidentifikasi oleh Howard Carter berada di Mesir saat makam Raja Tut diperiksa.

Kutukan itu dikatakan tidak mempengaruhi penduduk asli Mesir maupun orang-orang yang di dalam makam.

Penelitian dilakukan, membandingkan 25 orang yang hadir pada pembukaan atau pemeriksaan makam dengan orang lain yang tidak hadir di sana.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com