Mengingat bahwa ayah Alexander telah dibunuh oleh pengawalnya sendiri, kecurigaan kematian raja muda itu jatuh pada orang-orang di sekitarnya, terutama Jenderal Antipater dan putra Antipater, Cassander.
Setelah kematian Alexander Agung, Cassander pada akhirnya memerintahkan pembunuhan terhadap janda dan putra Alexander.
Beberapa penulis biografi kuno bahkan berspekulasi bahwa Aristoteles, yang memiliki hubungan dengan keluarga Antipater, mungkin terlibat.
Di zaman modern, para ahli medis berspekulasi bahwa malaria, infeksi paru-paru, gagal hati atau demam tifoid kemungkinan yang telah menyebabkan Alexander Agung meninggal.
Plutarch melaporkan bahwa tubuh Alexander awalnya dirawat di Babilonia (Irak sekarang) dengan pembalseman Mesir, tetapi ahli Mesir Kuno, Victoria A Wallis Budge, berspekulasi bahwa jenazah Alexander direndam dalam madu untuk mencegah pembusukan.
Satu atau dua tahun setelah kematian Alexander Agung, tubuhnya dikirim kembali ke Kerajaan Makedonia, tetapi dicegat dan dikirim ke Mesir oleh Ptolemy I, salah satu mantan jenderalnya.
Dengan mengendalikan tubuh Alexander Agung, Ptolemy bertujuan untuk dipandang sebagai penerus pemimpin Makedonia.
Baca juga: [Cerita Dunia] Bangkai Kapal Utuh Tertua di Dunia dari Yunani Kuno Karam di Laut Hitam