Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Indonesian Insight Kompas
Kelindan arsip, data, analisis, dan peristiwa

Arsip Kompas berkelindan dengan olah data, analisis, dan atau peristiwa kenyataan hari ini membangun sebuah cerita. Masa lalu dan masa kini tak pernah benar-benar terputus. Ikhtiar Kompas.com menyongsong masa depan berbekal catatan hingga hari ini, termasuk dari kekayaan Arsip Kompas.

Kilas Balik, Kontroversi, dan Pelajaran dari Tragedi 9/11

Kompas.com - 11/09/2021, 22:38 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SELASA, 11 September 2001, 08.45 waktu setempat, pesawat Boeing 767 milik American Airlines menabrak menara utara World Trade Center (WTC) di New York, Amerika Serikat.

Berselang 18 menit kemudian, Boeing 767 milik United Airlines bernomor penerbangan 175, membelah menara selatan WTC.

Menara kembar WTC runtuh. Tak bersisa. Hanya dalam 15 menit, WTC tak berbekas, selain reruntuhan, duka cita, serta orang-orang terluka dan terdampak akibat tragedi ini.

Saat mata dunia masih terperangah menyaksikan runtuhnya WTC setelah kedua pesawat menabraknya, Boeing 757 milik American Airlines tersuruk di sisi barat markas pertahanan Amerika Serikat, Pentagon, di Washington, pada pukul 09.45 waktu setempat.

Satu pesawat lagi nyaris menjadi peranti serangan lagi dari New Jersey, yaitu United Airlines bernomor penerbangan 93. Namun, penumpang sudah mendengar tragedi di New York dan Washington. Empat terduga pelaku mereka lawan.

Meski demikian, upaya menggagalkan aksi terorisme dari penerbangan ini berakhir dengan jatuhnya pesawat di Pennsylvania pada pukul 10.10 waktu setempat. Seluruh penumpang dan kru menjadi korban.

Baca juga: Ini Dia, Rekaman Suara Pramugari di Tragedi 11 September 20 Tahun Lalu

Hampir 3.000 orang meninggal dari seluruh rangkaian serangan ini, termasuk 19 nama yang disebut sebagai pelaku serangan. Korban terbanyak ada di area WTC. Warga asing dari 78 negara tercakup di dalamnya.

Jumlah yang terluka pun hampir sama banyaknya. Itu yang seketika terluka. Tragedi 9/11 juga mendapati orang-orang yang belakangan terserang kanker paru-paru dan terdeteksi ada di area WTC saat menara tersebut runtuh.

Tak hanya mengguncang Amerika Serikat, tragedi 20 tahun silam ini juga jadi awal gelombang "baru" perburuan teroris di seantero dunia. Indonesia, bukan perkecualian. Peristiwa tersebut memicu pula rentetan fenomena Islam phobia luar biasa.

Pelaku dan kontroversinya

Al Qaeda, kelompok dari Arab Saudi, dituding sebagai dalang dan pelaku serangan 11 September 2001. Serangannya disebut sebagai pembalasan bagi Israel, sahabat karib Amerika Serikat, dalam konteks Perang Teluk dan konflik TImur Tengah pada umumnya.

Ada 19 nama yang dinyatakan sebagai pelaku serangan di New York, Washington, dan Pennsylvania. Semuanya disebut ada di barisan Al Qaeda pimpinan Osama bin Laden.

Hasil investigasi dari Komisi 9/11, sebutan untuk Komisi Nasional atas Serangan Teroris di Amerika Serikat yang dibentuk segera setelah tragedi 9 September 2001, menyebut Khalid Sheikh Mohammad sebagai dalang serangan.

Baca juga: Kisah Barbara Olson, Penumpang Pesawat Tragedi 9/11 yang Laporkan Pembajakan

Dalam laporan yang dilansir pada 22 Juli 2004 tersebut, Khalid disebut sebagai pemimpin operasi propaganda Al Qaeda periode 1999-2001. Khalid ditangkap pada 1 Maret 2003 oleh Badan Intelijen Amerika (CIA) dan Dinas Intelijen Pakistan (ISI).

Khalid kini mendekam di Guantanamo, penjara terkelam milik Amerika Serikat di kawasan Kuba. Pengadilan militer Amerika Serikat pada Agustus 2019 telah menetapkan jadwal persidangan Khalid akan dimulai pada 2021. Namun, sidang ini tertunda oleh wabah Covid-19.

Adapun Osama diklaim tewas dalam serbuan pasukan Amerika Serikat di Pakistan, pada 1 Mei 2011. Pengumuman soal ini langsung disampaikan oleh Presiden Amerika Serikat Barack Obama.

Keraguan soal pelaku serangan tetaplah muncul, mempertanyakan versi resmi Amerika. Salah satunya dikupas Ivan A Hadar, dalam kolom opini di harian Kompas edisi 11 September 2002 berjudul Rahasia 11 September.

Ivan menyitir buku karya Andreas Broeckers, Verschwoe-rungen, Verschwoerrung-stheorien, und Geheimnisse des 11.9 (Konspirasi, Teori Konspirasi, dan Rahasia 11 September). Broeckers mengungkap sejumlah latar belakang sekaligus kejanggalan.

Osama, misalnya, dia sebut sebagai produk intelijen Amerika untuk melawan Uni Soviet, nama negara sebelum bubar dan kini menjadi Russia.

Baca juga: Secret Service AS Rilis Foto-foto Kejadian 9/11 yang Belum Pernah Terungkap

Lalu, Kepala ISI Jenderal Mahmud Ahmed yang punya kaitan erat dengan CIA, disebut menransfer 100.000 dollar AS ke Muhammad Atta, salah satu pilot dalam serangan ke WTC.

Belum lagi, lanjut Broeckers seperti dikutip Ivan, lima dari 19 nama yang dinyatakan sebagai pelaku serangan, didapati masih hidup setelah 11 September 2001.

Afghanistan yang terus bergejolak hingga kini, diungkap pula ada dalam peta pertanyaan tentang tragedi 11 September. Ini soal penguasaan gas alam yang luar biasa besar di sana.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com