Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Indonesian Insight Kompas
Kelindan arsip, data, analisis, dan peristiwa

Arsip Kompas berkelindan dengan olah data, analisis, dan atau peristiwa kenyataan hari ini membangun sebuah cerita. Masa lalu dan masa kini tak pernah benar-benar terputus. Ikhtiar Kompas.com menyongsong masa depan berbekal catatan hingga hari ini, termasuk dari kekayaan Arsip Kompas.

Kilas Balik, Kontroversi, dan Pelajaran dari Tragedi 9/11

Kompas.com - 11/09/2021, 22:38 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Setelah peristiwa 11 September, Presiden Bush sibuk berpidato bagaimana negara-negara ”poros setan” sedang menyerang AS. Mereka membenci AS yang demokratis dan rakyatnya beragama.

Tiba-tiba seorang anak kecil bertanya kepada bapaknya: ”Ayah, apa sih yang kita lakukan kepada orang lain sehingga bangsa-bangsa lain membenci kita?”

Pelajaran dari 11 September

Tragedi 11 September 2001 tetaplah sebuah peristiwa yang mengguncang kemanusiaan. Siapa pun dalang dan apa pun kepentingan sesungguhnya di balik runtuhnya WTC dan peristiwa-peristiwa yang membersamainya itu juga tetap noda bagi nilai kemanusiaan.

Namun, dampak ikutan berupa paranoia dan fobia yang meluas atas nama kesakitan dan duka cita akibat tragedi ini pun tidaklah patut menjadi lingkaran setan tiada usai.

Replikasi kebencian terhadap sesuatu yang asing dan tidak dipahami bukanlah sikap dari sebuah peradaban yang patut dibanggakan.

Baca juga: Sejumlah Peristiwa Penting Pasca-Tragedi 9/11, dari 2001 hingga 2021

Bila serangan Jepang ke Pearl Harbor pada 1941 disikapi rakyat Amerika Serikat dengan perlawanan total dan itu terbukti mengakhiri Perang Dunia II, bukan berarti serta-merta pula segala kebijakan Amerika Serikat sebagai respons atas peristiwa 11 September 2001 merupakan "kitab suci" bagi semua kalangan dalam menjalani kehidupan.

Bias selalu ada. Latar belakang tak selalu terungkap seutuhnya. Kepentingan-kepentingan tak kasat mata atas nama kuasa—berupa jabatan atau penguasaan ekonomi—bukan pula omong kosong, yang sering kali menjadikan orang lain semata bidak tak berharga.

Terlebih lagi, ada nilai-nilai yang jauh lebih berharga lagi dari 11 September yang patut dikenang dengan lebih baik dan mendalam. Nilai kemanusiaan.

Pada hari itu, siapa pun yang ada di situ turun tangan, menyelamatkan siapa pun yang bisa diselamatkan dalam jangkauan. Pada hari itu, siapa pun yang melihat tragedi tersebut mengutuk aksi yang dalam satu waktu singkat telah merenggut ribuan nyawa, melebihi tragedi dalam sebuah perang terbuka.

Obama, yang pada pemerintahannya memutuskan memulai penarikan pasukan Amerika Serikat di Afghanistan, pada 2011 pun meminta rakyatnya untuk tak berkubang dalam perspektif gelap atas tragedi 11 September 2001.

Dimuat di harian Kompas edisi 13 September 2011, Obama mengatakan, "Kita melihat ada satu hal yang harus tetap diingat karena tidak akan pernah berubah, yaitu karakter kita sebagai sebuah bangsa."

Baca juga: Kisah di Balik “The Falling Man”, Foto Tragis dari Serangan 9/11

Obama pun sebelumnya menyebut, kita pernah melewati perang, resesi, serta debat sengit dan perpecahan politik. Kita juga tidak akan pernah bisa mengembalikan para korban yang terengut dalam tragedi 11 September 2001.

Karakter bangsa yang dia maksud, ujar Obama, mencakup keyakinan terhadap Amerika bahwa setiap pria dan wanita harus memimpin dirinya sendiri, serta ide tentang setiap orang harus diperlakukan setara dan memiliki kebebasan untuk menentukan nasib sendiri.

"Semua keyakinan itu semakin menguat setelah melalui banyak percobaan,” ujar Obama.

Bukankah yang seperti ini lebih patut pula untuk turut diiyakan, bila memang harus banget merujuk pada apa kata Pemerintah Amerika Serikat atau tren yang sedang terjadi di sana?

Tabik.

 

Naskah: KOMPAS.com/PALUPI ANNISA AULIANI

Catatan:

Naskah utuh dari artikel harian Kompas yang dikutip di tulisan ini dapat diakses publik melalui layanan Kompas Data

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com