Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjalanan Panjang Sejarah Afghanistan dari Zaman Kuno hingga Sekarang

Kompas.com - 11/09/2021, 08:40 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Tanah yang sekarang menjadi Afghanistan memiliki sejarah panjang dominasi oleh penakluk asing dan perselisihan di antara faksi-faksi yang bertikai secara internal. Berikut garis waktu sejarah Afghanistan, seperti yang dilansir dari pbs.org:

Di pintu gerbang antara Asia dan Eropa, tanah Afghanistan ini ditaklukkan oleh Darius I dari Babilonia sekitar 500 SM, dan Alexander Agung dari Makedonia pada 329 SM.

Mahmud dari Ghazni, seorang penakluk abad ke-11 yang menciptakan sebuah kerajaan dari Iran ke India, dianggap sebagai penakluk Afghanistan terbesar.

Genghis Khan mengambil alih wilayah Afghanistan pada abad ke-13, tetapi baru pada 1700-an wilayah tersebut disatukan sebagai satu negara. Pada 1870, setelah daerah itu diserang oleh berbagai penakluk Arab, Islam telah mengakar.

Selama abad ke-19, Inggris, yang ingin melindungi kerajaan Indianya dari Rusia, berusaha untuk mencaplok Afghanistan, menghasilkan serangkaian Perang Inggris-Afghanistan (1838-1842, 1878-1880, 1919-1921).

Baca juga: Serangan Udara AS ke Afghanistan Diduga Juga Sasar Pekerja Kemanusiaan

1921

Inggris, yang terkepung setelah Perang Dunia I, dikalahkan dalam Perang Inggris-Afghanistan Ketiga (1919-1921), dan Afghanistan menjadi negara merdeka.

Khawatir bahwa Afghanistan telah tertinggal dari negara-negara lain di dunia, Amir Amanullah Khan memulai kampanye reformasi sosial ekonomi yang ketat.

1926

Amanullah menyatakan Afghanistan sebagai monarki, bukan emirat, dan menyatakan dirinya sebagai raja. Dia meluncurkan serangkaian rencana modernisasi dan upaya untuk membatasi kekuatan Loya Jirga atau Dewan Nasional.

Kritikus, frustrasi oleh kebijakan Amanullah, mengangkat senjata pada 1928. Pada 1929, raja turun tahta meninggalkan dan negara itu.

1933

Zahir Shah menjadi raja baru. Ia membawa negara lebih stabil, dan dia memerintah selama 40 tahun ke depan.

1934

Amerika Serikat secara resmi mengakui Afghanistan sebagai negara berdaulat.

1947

Inggris menarik diri dari India, menciptakan negara India yang mayoritas Hindu, tetapi sekuler. Sementara, Pakistan menjadi negara Islam.

Negara Pakistan mencakup perbatasan yang panjang, sebagian besar tidak terkendali dengan Afghanistan.

1953

Jenderal pro-Soviet Mohammed Daoud Khan, sepupu raja, menjadi perdana menteri dan meminta bantuan ekonomi dan militer kepada negara komunis itu.

Dia juga memperkenalkan sejumlah reformasi sosial termasuk memungkinkan perempuan lebih banyak hadir di publik.

1956

Perdana Menteri Soviet Nikita Khrushchev setuju untuk membantu Afghanistan, dan kedua negara menjadi sekutu dekat.

1957

Sebagai bagian dari reformasi Daoud, perempuan diizinkan masuk universitas dan memasuki dunia kerja.

1965

Partai Komunis Afghanistan diam-diam terbentuk. Pemimpin utama kelompok tersebut adalah Babrak Karmal dan Nur Mohammad Taraki.

1973

Daoud Khan menggulingkan raja terakhir, Mohammed Zahir Shah, dalam kudeta militer.
Rezim Khan, Partai Rakyat Demokratik Afghanistan, kemudian berkuasa. Khan menghapuskan monarki dan menyebut dirinya sebagai presiden. Republik Afghanistan didirikan dengan ikatan yang kuat dengan Uni Soviet.

1975-1977

Khan mengusulkan konstitusi baru yang memberikan hak-hak perempuan, dan bekerja untuk memodernisasi negara yang sebagian besar komunis.

Dia juga menindak lawan, memaksa banyak orang yang dicurigai tidak mendukung Khan keluar dari pemerintahan.

1978

Khan terbunuh dalam kudeta komunis. Nur Mohammad Taraki, salah satu anggota pendiri Partai Komunis Afghanistan, mengambil alih negara itu sebagai presiden, dan Babrak Karmal ditunjuk sebagai wakil perdana menteri.

Mereka memproklamasikan kemerdekaan dari pengaruh Soviet, dan menyatakan kebijakan mereka didasarkan pada prinsip-prinsip Islam, nasionalisme Afghanistan dan keadilan sosial ekonomi.

Taraki menandatangani perjanjian persahabatan dengan Uni Soviet. Namun, persaingan antara Taraki dan Hafizullah Amin, pemimpin komunis berpengaruh lainnya, mengarah pada pertempuran antara kedua belah pihak.

Pada saat yang sama, para pemimpin Islam dan etnis konservatif yang keberatan dengan perubahan sosial yang diperkenalkan oleh Khan memulai pemberontakan bersenjata di pedesaan.

Pada Juni, gerakan gerilya Mujahidin dibentuk untuk melawan pemerintah yang didukung Soviet.

1979

Duta Besar Amerika Adolph Dubs terbunuh. Amerika Serikat memutuskan bantuan ke Afghanistan.

Perebutan kekuasaan antara Taraki dan Wakil Perdana Menteri Hafizullah Amin dimulai. Taraki terbunuh pada 14 September dalam konfrontasi dengan pendukung Amin.

Uni Soviet menginvasi Afghanistan pada 24 Desember untuk memperkuat rezim komunis yang goyah. Pada 27 Desember, Amin dan banyak pengikutnya dieksekusi.

Wakil Perdana Menteri Babrak Karmal menjadi perdana menteri.

Oposisi yang meluas terhadap Karmal dan Soviet memunculkan demonstrasi publik yang penuh kekerasan.

Pada awal 1980, pemberontak Mujahidin telah bersatu melawan penjajah Soviet dan Tentara Afghanistan yang didukung Uni Soviet.

Baca juga: Kakak Mantan Wapres Afghanistan Amrullah Saleh Dikabarkan Dibunuh Taliban

1982

Sekitar 2,8 juta warga Afghanistan telah melarikan diri dari perang ke Pakistan, dan 1,5 juta lainnya telah melarikan diri ke Iran.

Gerilyawan Afghanistan menguasai daerah pedesaan, dan pasukan Soviet menguasai daerah perkotaan.

1984

Islamis Saudi Osama bin Laden mengklaim telah melakukan perjalanan ke Afghanistan segera setelah invasi Soviet. Ia melakukan perjalanan pertama yang didokumentasikan ke Afghanistan untuk membantu para pejuang anti-Soviet.

PBB menyelidiki laporan pelanggaran hak asasi manusia di Afghanistan.

1986

Mujahidin menerima senjata dari Amerika Serikat, Inggris, dan China melalui Pakistan.

Terpilihnya Mohammad Najibullah sebagai presiden komunis yang didukung Soviet.

1988

Pada September, Osama bin Laden dan 15 Islamis lainnya membentuk kelompok Al-Qaeda, atau “pangkalan”, untuk melanjutkan jihad, atau perang suci, melawan Soviet dan lainnya yang mereka katakan menentang tujuan mereka untuk sebuah negara murni yang diatur oleh Islam.

Al-Qaeda yakin bahwa perang Soviet yang goyah di Afghanistan secara langsung disebabkan oleh pertempuran mereka, dan mereka mengklaim kemenangan dalam pertempuran pertama mereka.

Kemudian, mereka mulai mengalihkan fokus ke Amerika, dengan mengatakan bahwa negara adidaya yang tersisa itu adalah hambatan utama untuk pembentukan negara Afghanistan berbasis pada Islam.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com