Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjalanan Panjang Sejarah Afghanistan dari Zaman Kuno hingga Sekarang

Kompas.com - 11/09/2021, 08:40 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

2006

Di tengah berlanjutnya pertempuran antara pejuang Taliban dan Al-Qaeda dan pasukan pemerintah Afghanistan, NATO memperluas operasi penjaga perdamaiannya ke bagian selatan.

Setelah pasukan NATO mengambil alih dari pasukan pimpinan Amerika, pejuang Taliban melancarkan gelombang serangan bunuh diri dan serangan berdarah terhadap pasukan internasional.

2007

Pemerintah Afghanistan dan NATO mengkonfirmasi bahwa komandan Taliban Mullah Dadullah tewas dalam operasi yang dipimpin AS di Afghanistan selatan.

2008

Komunitas internasional menjanjikan lebih dari 15 miliar dollar AS (Rp ) bantuan untuk Afghanistan pada konferensi donor di Paris.

Sementara, Presiden Afghanistan Hamid Karzai berjanji untuk memerangi korupsi di pemerintahan.

2009

Presiden Barack Obama menunjuk Richard Holbrooke sebagai utusan khusus untuk Afghanistan dan Pakistan.

Obama mengumumkan strategi baru untuk perang Afghanistan, yang akan mengirimkan lebih banyak pelatih militer dan sipil ke sana, di samping 17.000 lebih pasukan tempur yang dia pesan sebelumnya.

Strategi tersebut juga mencakup bantuan kepada Pakistan dalam perangnya melawan gerilyawan.

2010

Presiden Barack Obama menerima pengunduran diri Jenderal Stanley McChrystal sebagai komandan tertinggi di Afghanistan, atas komentar kritis yang dia buat dalam artikel Rolling Stone, dan menominasikan Jenderal David Petraeus, kepala Komando Pusat AS, sebagai penggantinya.

Baca juga: Sosok Mullah Hasan Akhund, Pemimpin Sementara Afghanistan Era Taliban

2011

Pasukan AS mengambil alih sebuah kompleks di Abbottabad, Pakistan, dan membunuh pemimpin Al-Qaeda, Osama bin Laden, pada 2 Mei.

2012

Presiden Hamid Karzai menyerukan pasukan Amerika untuk meninggalkan desa-desa Afghanistan dan mundur ke pangkalan mereka, setelah seorang tentara AS membunuh 16 warga sipil Afghanistan di dalam rumah mereka.

2013

Tentara Afghanistan mengambil alih semua operasi militer dan keamanan dari pasukan NATO.

Mei 2014

Obama mengumumkan jadwal untuk secara signifikan mengurangi jumlah pasukan AS di Afghanistan pada 2016.

September 2014

Ashraf Ghani menjadi presiden Afghanistan pada September setelah dua putaran pemungutan suara.

Terjadi klaim penipuan pemilu dan perjanjian pembagian kekuasaan dengan saingan utama Abdullah Abdullah.

Desember 2014

NATO secara resmi mengakhiri misi tempurnya di Afghanistan. Pasukan NATO pimpinan AS tetap melatih dan memberi nasihat kepada pasukan Afghanistan.

15 Oktober 2015

Obama membatalkan rencana untuk menarik pasukan AS pada akhir masa kepresidenannya dan mempertahankan 5.500 tentara di Afghanistan ketika ia meninggalkan kantor presiden pada 2017.

21 Agustus 2017

Donald Trump berkomitmen untuk melanjutkan keterlibatan militer untuk mencegah munculnya “kekosongan bagi teroris”.

Februari 2019

AS dan Taliban menandatangani perjanjian tentang kesepakatan damai yang akan berfungsi sebagai persyaratan awal untuk penarikan pasukan AS dari negara itu pada Mei 2021.

September 2019

Trump membatalkan pembicaraan damai setelah tentara AS tewas dalam serangan Taliban.

November 2020

AS mengumumkan rencana untuk mengurangi jumlah pasukan AS menjadi setengahnya, turun menjadi 2.500 pada Januari, beberapa hari sebelum Joe Biden dilantik jadi presiden.

April 2021

Biden mengumumkan tujuan untuk menyelesaikan penarikan seluruh pasukan AS pada 9/11.

5 Juli 2021

AS meninggalkan lapangan terbang Bagram tanpa memberitahu komandan baru pangkalan itu di Afghanistan.

10 Agustus 2021

Gedung Putih mengatakan pengambilalihan Taliban "tidak bisa dihindari" menyusul penarikan cepat AS dari negara itu.

15 Agustus 2021

Pemerintah Afghanistan runtuh saat Taliban mengambil alih Kabul.

26 Agustus 2021

Dua bom bunuh diri terjadi di luar bandara Kabul saat ribuan warga Afghanistan mencoba melarikan diri dari negara itu setelah pengambilalihan Taliban. Pemboman itu menewaskan sedikitnya 169 warga Afghanistan dan 13 tentara AS.

Kelompok ekstremis ISIS-K, afiliasi dari kelompok teror ISIS, yang menggunakan "K" untuk merujuk nama lama Afghanistan, Khorasan, mengaku bertanggung jawab atas ledakan tersebut.

Kelompok itu pertama kali muncul di Afghanistan timur pada akhir 2014. Pada 26 Agustus adalah hari paling mematikan bagi pasukan Amerika di negara itu sejak 2011.

Dalam pidato Gedung Putih malam itu, Presiden Joe Biden tidak mengubah arah penarikan AS pada 31 Agustus.

Dalam pidatonya, dia bersumpah untuk membalas para pelaku serangan, “Kami tidak akan memaafkan. Kami tidak akan lupa. Kami akan memburumu untuk membuatmu membayar.”

30 Agustus 2021

AS mengangkut kontingen terakhir pasukan dari Bandara Kabul, secara resmi mengakhiri perang terpanjang Amerika.

Pentagon mengatakan beberapa orang Amerika tidak dapat pergi dan harus bergantung pada "saluran diplomatik" untuk keluar dari Afghanistan.

7 September 2021

Taliban mengumumkan kabinet pemerintahan baru Afghanistan untuk sementara, dengan beberapa tokoh yang masuk dalam daftar hitam internasional.

Mullah Mohammad Hassan Akhund, yang masuk dalam daftar sanksi PBB, ditetapkan sebagai perdana menteri.

Abdul Ghani Baaradar atau dikenal Mullah Baradar adalah salah satu pendiri Taliban, ditetapkan sebagai wakil perdana menteri.

Abdul Salam Hanafi ditunjuk sebagai wakil perdana menteri.

Hanafi masuk dalam daftar hitam PBB, menjabat sebagai wakil menteri pendidikan pada masa pemerintahan Afghanistan Taliban dulu, dan secara efektif memblokir akses pendidikan untuk perempuan.

Sirajuddin Haqqani ditunjuk sebagai menteri dalam negeri. Ia masuk dalam daftar orang yang dicari AS.

Jaringannya, Jaringan Haqqani dicap kelompok teror yang telah lama dipandang sebagai salah satu faksi militan paling berbahaya di Afghanistan.

Diyakini jaringan tersebut telah mengatur beberapa serangan di Kabul, membunuh pejabat tinggi Afghanistan, dan menahan warga Barat untuk meminta tebusan.

Baca juga: Tokoh Kunci Taliban dalam Kabinet Kerja Rezim Pemerintahan Baru Afghanistan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Internasional
Siapa Kelompok-kelompok Pro-Israel di AS?

Siapa Kelompok-kelompok Pro-Israel di AS?

Internasional
Mengenal Kelompok-kelompok Pro-Palestina di AS

Mengenal Kelompok-kelompok Pro-Palestina di AS

Internasional
Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Internasional
Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Internasional
Apa Status Palestina di PBB?

Apa Status Palestina di PBB?

Internasional
Alasan Mogok Kerja Para Dokter di Kenya

Alasan Mogok Kerja Para Dokter di Kenya

Internasional
Posisi Yordania Terjepit Setelah Ikut Tembak Jatuh Rudal Iran

Posisi Yordania Terjepit Setelah Ikut Tembak Jatuh Rudal Iran

Internasional
Asia Tenggara Jadi Tujuan Utama Perdagangan Sampah Impor Ilegal

Asia Tenggara Jadi Tujuan Utama Perdagangan Sampah Impor Ilegal

Internasional
Junta Myanmar Dituding Pakai Warga Rohingya sebagai “Perisai Manusia”

Junta Myanmar Dituding Pakai Warga Rohingya sebagai “Perisai Manusia”

Internasional
Mengapa Banyak Sekali Tentara Rusia Tewas di Ukraina?

Mengapa Banyak Sekali Tentara Rusia Tewas di Ukraina?

Internasional
Kecerdikan dan Kegigihan Hamas dalam Memperoleh Senjata

Kecerdikan dan Kegigihan Hamas dalam Memperoleh Senjata

Internasional
Sosok Uskup Korban Penusukan Dalam Aksi Terorisme di Australia

Sosok Uskup Korban Penusukan Dalam Aksi Terorisme di Australia

Internasional
Persenjataan Hamas Semakin Banyak yang Justru Bersumber dari Israel

Persenjataan Hamas Semakin Banyak yang Justru Bersumber dari Israel

Internasional
Dari Mana Hamas Memperoleh Senjata?

Dari Mana Hamas Memperoleh Senjata?

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com