Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Temujin dan Gelar Genghis Khan dalam Sejarah Kerajaan Mongol

Kompas.com - 08/09/2021, 04:38 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Dengan Borte, Temujin memiliki 4 putra. Sementara, ia memiliki banyak anak lainnya dengan istri lain, seperti kebiasaan Mongolia.

Baca juga: Goa Mogao di Dunhuang, Situs Harta Karun China Kuno Abad Ke-4

Temujin sang Genghis Khan

Ketika Temujin berusia sekitar 20 tahun, dia ditangkap dalam serangan oleh mantan sekutu keluarga, Taichi'ut, dan ia diperbudak.

Tak lama, dia bisa melarikan diri dengan bantuan seorang anggota Taichi'ut yang simpatik.

Setelah itu, sekitar 1200 ia bersama saudara-saudaranya dan beberapa anggota klan lainnya, seperti Toghrul, untuk membentuk unit pertempuran.

Temujin mulai perlahan naik ke tampuk kekuasaan dengan membangun pasukan besar yang terdiri lebih dari 20.000 orang. Mulailah ia menyerang berbagai suku dan menyatukan bangsa Mongol di bawah pemerintahannya.

Melalui kombinasi taktik militer yang luar biasa dan kebrutalan tanpa ampun, Temujin membalas pembunuhan ayahnya dengan memusnahkan tentara Tatar pada 1202, dan memerintahkan pembunuhan setiap laki-laki Tatar yang tingginya lebih dari sekitar 3 kaki.

Temujin kemudian berselisih dengan Toghrul, dan Toghrul terbunuh setelah pasukannya dikalahkan oleh Temujin.

Pada 1206, Temujin telah menaklukkan sebagian besar Mongolia dan suku-suku yang tersisa dipaksa untuk mengakui dia sebagai pemimpin mereka.

Menyusul kemenangan atas suku-suku Mongol yang saling bersaing, para pemimpin suku lainnya menyetujui perdamaian dan menganugerahkan kepada Temujin gelar "Genghis Khan," yang berarti "penguasa universal", atau bisa diartikan juga sebagai "penguasa laut".

Dukun terkemuka menyatakan Genghis Khan sebagai wakil dari Mongke Koko Tengri (Langit Biru Abadi), dewa tertinggi bangsa Mongol. Dengan pernyataan status ilahi ini, diterimalah bahwa takdirnya adalah untuk menguasai dunia.

Baca juga: Mandat dari Surga, Konsep Politik Pemimpin Zaman China Kuno untuk Berkuasa

Kerajaan Mongol Genghis Khan

Pada tahun-tahun setelah menaklukkan Mongolia, Genghis Khan meluncurkan kampanye perang yang sukses melawan Dinasti Jin, mengambil ibu kota mereka Zhongdu (dekat Beijing modern) pada tahun 1215.

Dia kemudian mengalihkan perhatiannya ke barat, bergerak lebih dalam ke Asia Tengah. Pada 1219, ia meluncurkan kampanye yang sukses melawan Shah Khwarezm (berbasis di Iran modern) yang dilaporkan dengan pasukan hingga 200.000 orang.

Mengapa Genghis Khan merasa terdorong untuk meluncurkan kampanye perang? Itu diperdebatkan di antara para sarjana.

Morris Rossabi dari Columbia University menulis di buku “Genghis Khan and the Mongol Empire” (University of Washington Press, 2009) bahwa beberapa ide telah diajukan.

Mengutip Live Science, ada kemungkinan bahwa perang harus dilakukan karena pasokan hewan di negara itu telah menyusut, dan Genghis Khan perlu menyerang negara lain untuk mencegah kelaparan.

Gagasan lain adalah bahwa periode cuaca kering di Mongolia menyebabkan keputusan Genghis Khan untuk merebut tanah baru bagi rakyatnya. Namun, gagasan lain adalah bahwa Genghis Khan merasa dia memiliki hak ilahi untuk menaklukkan dunia.

Apa pun alasannya, penaklukannya yang cepat mengejutkan dunia abad pertengahan. Dia mengubah masyarakat Mongolia dari masyarakat yang berdasarkan suku, menjadi masyarakat yang memiliki kemampuan menaklukkan dan menjalankan sebuah kerajaan.

“Begitu dia menaklukkan wilayah di luar Mongolia, dia melembagakan struktur administrasi yang lebih canggih dan sistem perpajakan yang teratur,” tulis Rossabi.
“Merekrut orang Turki, China, dan lainnya yang ditangkap, dia mulai merancang sistem yang lebih stabil yang dapat berkontribusi pada pemerintahan yang lebih tertib, dengan posisi resmi khusus,” lanjutnya.

Dia merancang sistem hukum dan peraturan untuk menjalankan kerajaan bangsa Mongol.

“Sesuai dan sesuai dengan pikirannya sendiri, dia menetapkan aturan untuk setiap kesempatan dan aturan untuk setiap keadaan; sedangkan untuk setiap kejahatan dia menetapkan hukuman,” tulis penulis Persia Ata-Malik Juvayni, yang hidup pada abad ke-13, dalam bukunya “History of the World Conqueror” (Diterjemahkan oleh John Andrew Boyle pada tahun 1958).

Genghis Khan mengatakan bahwa jarahan dari perang harus dibagi di antara pasukannya, dan bersikeras mereka mengikuti rutinitas pelatihan yang kuat yang berfokus pada perburuan.

Ini “bukan untuk kepentingan permainan saja, tetapi juga agar mereka menjadi terbiasa berburu dan dibiasakan dengan menangani busur dan tahan terhadap kesulitan,” tulis Juvayni.

Kebijakan seperti ini membantu menyatukan pasukannya, bahkan ketika mereka berada jauh dari rumah.

Genghis Khan memang dikenal karena kebrutalannya, tetapi disebutkan bahwa ia sering memerintahkan pasukannya untuk tidak menyakiti pengrajin dan meninggalkan ulama sendirian, menghormati orang suci dari agama berbeda.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com