Sekelompok perempuan lalu menuju hutan untuk mencoba berunding dengan para pria bersenjata yang menebangi pohon tanpa izin.
Namun, bukannya didengar, sekelompok perempuan itu justru dicaci-maki dan diusir.
Warga Cheran tidak habis akal. Sadar bahwa terlalu bahaya menghadapi para penebang langsung saat musim semi, mereka mengganti strategi dengan mencegat truk-truk kayu di kota dengan bantuan tetangga.
Jumat 15 April 2011, pemberontakan Cheran yang juga dikenal sebagai levantamiento, dimulai.
Di jalan turunan dari hutan di luar rumah Margarita, para warga perempuan mencegat truk-truk yang akan mengangkut kayu, dan menyandera beberapa sopirnya.
Lonceng gereja El Calvario dan kembang api kemudian menyala di langit subuh, pertanda bahaya bagi masyarakat Cheran.
Warga setempat langsung berlarian untuk membantu. Suasana sangat tegang waktu itu.
"Semua orang di jalanan berlarian membawa parang," kata Melissa Fabian yang saat itu berusia 13 tahun.
"Para perempuan berlarian. Mereka semua menutup wajahnya. Anda bisa mendengar orang-orang berteriak, dan lonceng gereja berbunyi sepanjang waktu."
Baca juga: Kisah Perang Terlama di Dunia, 335 Tahun Tanpa Darah dan Satu Pun Peluru
Polisi kota lalu datang bersama wali kota, dan orang-orang bersenjata tiba untuk membebaskan teman-teman mereka yang disandera.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.