Setiap penampilan yang dikenakannya ditiru di seluruh negeri. Jika dia mengenakan gaun atau aksesori baru, wanita dunia bergegas ke toko untuk membelinya.
Ketika dia terjangkit demam rematik dan membuatnya berjalan pincang, para wanita saat itu juga menirunya.
Pada awalnya, para wanita Denmark saat itu hanya memeriksa lemari mereka sendiri dan menemukan dua sepatu dengan ukuran berbeda.
Mereka menggunakannya hanya ingin terlihat seperti Alexandra yang kesulitan berjalan, yang dianggap modis.
Sesaat kemudian, toko-toko segera mempopulerkannya, dan mereka mulai menjual sepatu "Alexandra Limp" dengan satu tumit tinggi dan satu tumit pendek.
Benjamin Franklin, seorang tokoh penting Amerika Serikat menciptakan mode baru setelah meletakkan kunci pada layang-layang dan menerbangkannya saat badai petir.
Rupanya, para wanita di Paris zaman dahulu khawatir akan risiko tersambar petir setiap kali mereka melangkah keluar. Jadi mereka mengambil ide Franklin dan memulai tren baru, yaitu topi penangkal petir.
Para elit pergi ke luar dengan batang logam yang menempel di kepala mereka. Batang logam itu dijulurkan ke tanah.
Namun, tidak jelas apakah topi penangkal petir itu berfungsi, karena catatan tentang orang tersambar petir juga tidak ada.
Topi penangkal petir itu dijual terutama untuk orang terkaya dan paling sadar mode. Jadi meski topi itu tidak berfungsi, yang penting adalah para wanita tampak hebat memakainya.
Baca juga: Perempuan Berdaya: 4 Wanita Cantik yang Melegenda dari Zaman China Kuno
Pada era Revolusi Kebudayaan Mao Zedong, mode pakaian baru secara praktis ikut muncul.
Beberapa anggota geng memulai tren mode terbesar dengan menggunakan kemeja 7 lapis pada anak laki-laki.
Menurut penulis Jung Chang, tren mode untuk anak laki-laki dalam Revolusi Kebudayaan adalah mengenakan beberapa kaus dalam, membuka semua kerah mereka ke atas, dan kemudian mengenakan jaket di atasnya.
Mereka percaya bahwa semakin banyak kemeja yang dipakai, semakin mencerminkan kecerdasan. Namun, tidak ada yang memamerkan pikiran cerdas seperti mengenakan 8 lapis pakaian di musim panas.
Pemegang rekor tampaknya adalah seorang anak laki-laki yang mengenakan tujuh kemeja sekaligus. Untuk gaya ekstra, ia memasangkan ini dengan sepatu kets yang tidak memiliki tali.
Pada zaman Romawi kuno berkembang mode alas kaki untuk pria yang terdiri dari kaos kaki panjang sepatu kaki terbuka. Kaos kaki itu dirajut dari wol sampai ke lutut.
Nenek moyang Romawi dahulu pergi dengan berani dan bangganya mengenakan alas kaki itu.
Baca juga: Pemerintah China Khawatir Pemuda Negaranya Terlalu Feminin, Dorong Didikan Lebih Jantan
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.