Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Chappy Hakim
KSAU 2002-2005

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

Apa yang Akan Terjadi Setelah Taliban Berkuasa Kembali?

Kompas.com - 04/09/2021, 09:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Sejak tahun 1941, pasca Pearl Harbor sampai dengan tahun 2000 Amerika membangun kekuatan super besar, keluar rumah untuk menaklukkan siapa saja yang berani mengganggu, dan tahun 2001 datang gangguan yang sangat mencemarkan dengan realita memalukan karena musuh muncul di rumah sendiri.

Amerika disadarkan dengan sebuah kenyataan pahit, bahwa ternyata tidak cukup membangun dan memiliki kekuatan yang Global Reach, Global Power untuk mengejar Global Peace dan Global Security.

Peristiwa 9/11 menyadarkan Amerika Serikat bahwa keamanan dalam negeri justru harus mendapatkan perhatian sama besar terhadap upaya meraih global reach dan global power.

Untuk pertama kali dalam sejarah Amerika, negara besar itu dipaksa untuk membangun institusi baru yang bernama Department of Homeland Security.

Sebuah refleksi dari kesadaran yang terlambat terhadap perhatian kepada faktor keamanan dalam negeri, dalam menghadapi ancaman yang datang dari negeri sendiri.

Dalam perkembangan selanjutnya, Amerika Serikat seolah disadarkan bahwa menempatkan demikian banyak pasukan perang di luar negeri adalah sesuatu yang tidak perlu dan cenderung merugikan secara finansial.

Maka ditariklah secara bertahap pasukan Amerika yang bertugas di luar negeri, termasuk di Irak dan Afghanistan.

Terakhir realita baru muncul di permukaan. Ketika pasukan Amerika Serikat yang ditarik mundur dari Afghanistan belum selesai, Taliban sudah tampil mengambil alih kekuasaan setelah 20 tahun tersingkir ke pedalaman.

Pada titik ini, Amerika menjadi “pusing tujuh keliling”, saat batas waktu terakhir tanggal 31 Agustus untuk menarik seluruh personil militernya ternyata tidak cukup memberi kesempatan warga Amerika di Afghanistan untuk meninggalkan negeri itu.

Yang pasti Amerika tidak mungkin membiarkan warganya tertinggal di Afghanistan tanpa upaya memulangkannya dengan aman.

Untuk itu semua apalagi kalau bukan personil militer yang harus ditugaskan (kembali) untuk bertugas mengamankan prosesi keberangkatan warga Amerika dari Afghanistan.

Jauh sebelum itu, sebenarnya Jenderal McChrystal, panglima pasukan sekutu di Afghanistan sudah mengisyaratkan tentang perlunya menambah jumlah pasukan apabila ingin sukses dalam misinya.

Seperti diketahui, sang jenderal kemudian dimutasi tidak berapa lama setelah wawancaranya di majalah The Rolling Stone dipandang sebagai “kritikan” terhadap kebijakan Gedung Putih.

Kini tinggal Afghanistan yang tengah berhadapan dengan persoalan besar dalam menyongsong era rezim baru Taliban yang “memenangkan perang” panjang 20 tahun.

Terlihat kelompok Taliban sendiri tidak mudah dalam melakukan konsolidasi ke dalam pada proses pembentukan pemerintahan baru.

Walaupun kembalinya Taliban tidak menghadapi perlawanan yang berarti, akan tetapi proses menyusun ulang sebuah administrasi pemerintahan yang baru tidak akan semudah menumbangkan sebuah rezim.

Pertanyaan besar adalah, akan ke mana kebijakan pengelolaan kekuatan militer Amerika Serikat (yang berstatus Global Reach Global Power) setelah Afghanistan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Genosida Armenia, Apa Itu?

Genosida Armenia, Apa Itu?

Internasional
Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Mengapa Persia Berubah Nama Menjadi Iran

Internasional
Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Internasional
Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Internasional
Siapa Kelompok-kelompok Pro-Israel di AS?

Siapa Kelompok-kelompok Pro-Israel di AS?

Internasional
Mengenal Kelompok-kelompok Pro-Palestina di AS

Mengenal Kelompok-kelompok Pro-Palestina di AS

Internasional
Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Internasional
Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Internasional
Apa Status Palestina di PBB?

Apa Status Palestina di PBB?

Internasional
Alasan Mogok Kerja Para Dokter di Kenya

Alasan Mogok Kerja Para Dokter di Kenya

Internasional
Posisi Yordania Terjepit Setelah Ikut Tembak Jatuh Rudal Iran

Posisi Yordania Terjepit Setelah Ikut Tembak Jatuh Rudal Iran

Internasional
Asia Tenggara Jadi Tujuan Utama Perdagangan Sampah Impor Ilegal

Asia Tenggara Jadi Tujuan Utama Perdagangan Sampah Impor Ilegal

Internasional
Junta Myanmar Dituding Pakai Warga Rohingya sebagai “Perisai Manusia”

Junta Myanmar Dituding Pakai Warga Rohingya sebagai “Perisai Manusia”

Internasional
Mengapa Banyak Sekali Tentara Rusia Tewas di Ukraina?

Mengapa Banyak Sekali Tentara Rusia Tewas di Ukraina?

Internasional
Kecerdikan dan Kegigihan Hamas dalam Memperoleh Senjata

Kecerdikan dan Kegigihan Hamas dalam Memperoleh Senjata

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com