KOMPAS.com - Pada 3 September 2017, di situs pengujian Punggye-ri, Provinsi Hamgyong Utara, Korea Utara melakukan uji coba nuklir keenam dan menjadi yang terdahsyat dalam sejarahnya.
Uji coba nuklir ke-6 Korea Utara itu diledakkan pada pukul 15.50 GMT waktu setempat, yang menghasilkan aktivitas seismik yang cukup besar.
Survei Geologi AS (USGS) mencatat peristiwa ledakan nuklir Korea Utara tersebut mengakibatkan gempa berkekuatan 6,3 magnitudo.
Baca juga: Korea Utara Tampak Memulai Kembali Operasi Reaktor Penghasil Senjata Nuklir
Administrasi Gempa China (CEA) mencatat hal yang sama, sementara Badan Meteorologi Jepang mencatat gempa 6,1 magnitudo.
Gempa, efek uji coba ledakan nuklir ke-6 Korea Utara itu disebutkan oleh The Diplomat, lebih tinggi dari pada yang terjadi dalam uji coba ke-5 pada 9 September 2016.
Delapan menit setelah ledakan nuklir itu, baik USGS dan CEA melaporkan peristiwa seismik sekunder yang dilaporkan terjadi di lokasi pengujian.
USGS melaporkan 4,1 magnitudo, sedangkan CEA melaporkan 4,6 magnitudo.
Beberapa jam setelah uji coba nuklir keenam itu, Korean Central State Television (KCTV) Korea Utara menyiarkan pernyataan yang mengklaim bahwa perangkat yang diuji itu adalah bom termonuklir dua tahap.
Baca juga: Badan Pengawas Nuklir PBB Sebut Ada Indikasi Pekerjaan Plutonium di Korea Utara
Perangkat nuklir itu dirancang untuk digunakan bersama dengan rudal balistik antarbenua, Hwasong-14 Korea Utara, yang pertama kali diuji pada musim panas 4 Juli.
Para ahli berpendapat bahwa uji coba nuklir Korea Utara itu menghasilkan ledakan hidrogen setidaknya 100 kiloton, yang disebutkan The Diplomat lebih besar dari uji coba kelimanya 30 kiloton.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.