Setelah 40 SM di bawah Dinasti Yuan, Zhaojun memasuki harem Kaisar. Namun, ia tidak pernah dikunjungi oleh kaisar dan tetap sebagai dayang istana.
Saat Kaisar Yuan memilih istri baru, ia disajikan semua potret wanita cantik. Namun, potret Wang Zhaojun tidak pernah dilihat oleh Kaisar karena ia dilukis dengan jelek.
Diceritakan saat itu, para wanita calon selir Kaisar menyuap pembuat potret kekaisaran, tetapi Zhaojun tidak melakukannya. Sehingga, ia selalu diabaikan.
Sekitar 33 SM, pemimpin Xiongnu, Huhanye, datang ke kerajaan Han dalam rangka penghormatan. Huhanye lalu meminta agar dia bisa menjadi menantu kekaisaran.
Permintaannya tidak diluluskan, akan tetapi Huhanye diberikan kompensasi berupa selir-selir kaisar Yuan, terutama yang tidak dikunjungi kaisar. Wang Zhaojun adalah salah satu di antara mereka yang diberikan kepada Huhanye.
Dituliskan dalam Hou Han Shu, Wang Zhaojun sendiri secara sukarela mengajukan diri untuk dikirim ke Xiongnu karena dia kecewa menunggu.
Saat itu, Kaisar Yuan untuk pertama kalinya bertemu langsung dengan Wang Zhaojun. Ia tertegun akan kecantikannya dan sangat menyesal, tetap akhirnya tetap merelakan Wang Zhaojun demi persekutuan Han dan Xiongnu.
Di sana Wang Zhaojun menjadi selir kesayangan Huhanye, hingga melahirkan dua putra dan satu putri.
Huhanye meninggal pada 31 SM dan saat itu Wang Zhaoju meminta untuk dapat dikembalikan ke China daratan.
Kaisar Cheng menolak, dan justru memerintahkan agar dia mengikuti tradisi levirat Xiongnu yaitu menikah dengan pemimpin Xiongnu berikutnya, putra tertua Huhanye dari istri pertaman atau anak tiri Wang Zhaojun.
Dalam pernikahan barunya, dia memiliki dua anak perempuan.
Namun, dalam legenda diceritakan bahwa setelah permohonannya untuk kembali ke daratan ditolak kaisar Cheng, Wang Zhaojun bunuh diri sebagai upaya untuk menolak menikah lagi dengan anak suaminya sendiri.
Dalam sejarah China kuno, Wang Zhaojun menjadi simbol persatuan bangsa dan terus dihormati hingga generasi selanjutnya karena selama sekitar 60 tahun terbentuk perdamaian antara Han dan Xiongnu.
Makamnya berulang kali direnovasi oleh generasi baru untuk mengenangnya. Banyak seniman dari setiap dinasti, yang menciptakan ribuan karya berdasarkan kisahnya dalam berbagai bentuk artistik, seperti musik, lukisan, puisi, drama, dan novel.
Baca juga: Perempuan Berdaya: Ching Shih, Ratu Bajak Laut China Selatan Abad Ke-19
Ungkapan kuno untuk menggambarkan kecantikan Diao Chan, "Sangat bersinar sehingga bulan itu sendiri akan bersembunyi karena malu saat melihatnya."
Sosok Diao Chan sedikit diceritakan dalam sejarah, hanya saja dikenal luas melalui karya novel klasik "Romance of the Three Kingdoms" karya Luo Guanzhong.
Legenda mengatakan bahwa ketika Diaochan membayar persembahan ke bulan pada tengah malam, Chang'e (Dewi Bulan China) bergegas bersembunyi di awan, karena wanita cantik ini membuatnya merasa rendah diri.
Ungkapan kuno terkenal "mengalahkan bulan" dalam idiom yang menggambarkan "Keindahan yang mengalahkan bulan dan mempermalukan bunga" ditujukan untuk sosok Diao Chan.
Dalam catatan sejarah, Diao Chan hidup pada 160-an.
Dalam novel klasik "Romance of the Three Kingdoms", ia muncul dalam plot yang melibatkan prajurit Lu Bu dan panglima perang Dong Zhuo.
Wang Yun, kasim di bawah Kaisar Xian, menikahkan Diao Chan dengan Lu Bu, dan kemudian dengan Dong Zhuo.
Hal ini menimbulkan kecemburuan antara keduanya yang merupakan ayah dan anak. Akhirnya Lu Bu membunuh ayah angkatnya, sesuai rencana Wang Yun untuk meredam tirani Dong Zhuo.
Sehingga, disebutkan bahwa Diao Chan adalah kunci untuk memecah aliansi tak terkalahkan antara tirani Dong Zhuo dan pejuang ahli dan putra angkatnya, Lü Bu.