WATCHDOC dari Indonesia menjadi satu dari lima peraih Penghargaan Ramon Magsaysay 2021, Selasa (31/8/2021). Watcdoc menerima penghargaan untuk kategori Emergent Leadership.
Penghargaan Ramon Magsaysay sering disebut pula sebagai Nobel versi Asia. Ada 27 orang dan lembaga dari Indonesia pernah menerima penghargaan ini.
Daftar 27 orang dan lembaga dari Indonesia yang pernah menerima Ramon Magsaysay Awards, ada di akhir artikel ini. Pegiat sastra, tokoh kultural, organisasi sosial, hingga pendidik tercakup di dalamnya.
Penghargaan diberikan kepada Watchdoc untuk upayanya yang teguh berprinsip sebagai media independen, investigasi jurnalistik penuh energi, pembuat film dokumenter, pegiat digital yang mengupayakan transformasi media di Indonesia, serta komitmen bervisi mereka sebagai pelaku media sekaligus pembentuk generasi.
Selain Watchdoc, Ramon Magsaysay 2021 dianugerahkan pula kepada Roberto Ballon dari Filipina, Steven Muncy sebagai wakil kawasan Asia Selatan, Firdausi Qadri dari Bangladesh, dan Muhammad Amjad Saqib dari Pakistan.
Penghargaan Ramon Magsaysay 2021 merupakan gelaran ke-63 sejak kali pertama digelar pada 1958. Nama penghargaan merujuk kepada Presiden FIlipina Ramon Magsaysay, yang berkuasa pada 1953-1957.
Para peraih penghargaan dinilai sebagai sosok dan atau organisasi yang punya keberanian moral membangun solusi terhadap persoalan di lingkungannya, sekaligus mampu menginspirasi dan menyentuh banyak kalangan untuk turut serta melakukan hal serupa.
Produser senior Watcdoc, Ari Trismana, saat dihubungi Kompas.com pada Rabu (1/9/2021), menyebut penghargaan ini adalah kontrak politik dan moral bagi lembaganya untuk tetap konsisten mengadvokasi publik soal isu lingkungan, demokrasi, dan hak asasi manusia.
Baca juga: Raih Penghargaan Ramon Magsaysay, Watchdoc: Jadi Kontrak Politik-Moral agar Konsisten
Adapun salah satu pendiri Watchdoc, Dhandy Dwi Laksono, menyebut penghargaan ini sebagai kontrak sosial. Seperti dikutip dari Kompas.id, Dhandy melihat penghargaan ini mendorong mereka untuk bekerja lebih keras, membuat lebih banyak film dokumenter untuk advokasi publik, dan menjangkau lebih banyak audiens.
Baca juga: Penghargaan sebagai Kontrak Sosial bagi Watchdoc Documentary
”Sebanyak 60 persen (dari penghargaan ini) membuat shock dan jadi beban moral, sementara 40 persen lainnya suntikan energi bagi kami. Kami rasa penghargaan ini diberikan bukan karena kami sudah melakukan sesuatu, tapi justru untuk melakukan sesuatu,” ucap Dandhy, Selasa, seperti dikutip dari Kompas.id.
Sejak berdiri pada 2011, Watchdoc telah merilis tak kurang dari 300 film dokumenter. Beberapa di antaranya adalah Sexy Killers, Tenggelam dalam Diam, The Endgame, Dilarang Sakit, dan Alkinemokiye.
Sejumlah penghargaan internasional pernah pula didapat Watchdoc atas karya-karyanya ini. Pada 2012, misalnya, mereka mendapat penghargaan Screen Below the Wind dari Southeast Asia Documentary Film Festival. Lalu, pada Januari 2021, mereka juga mendapat Gwangju Prize for Human Rights.
Baca juga: Menginspirasi Perjuangan HAM lewat Film Dokumenter
Presiden Ramon Magsaysay Award Foundation Susan B Afan, dalam sambutannya menyatakan bahwa para peraih penghargaan ini telah memperlihatkan keberanian moral dan desakan semangat untuk mewujudkan masyarakat yang makin baik, lebih baik, dan lebih adil, terutama untuk masyarakat yang termarjinalkan.
"Mereka memberi contoh yang menginspirasi tentang visi, kepemimpinan, ketekunan, dan kesuksesan," kata Susan.
Sepanjang sejarah Penghargaan Ramon Magsaysay, ada 27 tokoh dan lembaga dari Indonesia yang pernah menerimanya hingga 2021, dalam ragam kategori.
Dengan urutan mundur berdasarkan tahun, mereka adalah:
Naskah: KOMPAS.com/PALUPI ANNISA AULIANI
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.